Misalnya, di era sekarang kita mengenal istilah collaborative learning, dimana peran guru tidak lagi 100% mentransfer ilmu dari apa yang dikuasai, namun memberikan kesempatan pada siswa untuk membuka jalur ilmu.
Siswa tidak lagi menyaring ilmu dari guru, namun bisa bekerja sama dengan siswa lain untuk membuka cakrawala ilmu. Nah, peran guru menfasilitasi terjadinya transfer ilmu.
Disini, guru tidak boleh sekedar mengetahui konsep keilmuan pada bidangnya saja. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai penghubung ilmu layaknya connector.Â
Oleh karena itu, guru mau tidak mau harus meng-upgrade pengetahuan sedikit lebih luas dengan cara memperbanyak membaca dan melebarkan bidang keilmuan ke hal-hal yang dianggap penting untuk dikuasai.
Kalau pertanyaan siswa dahulu kala hanya bertitik pada apa yang dibahas, keadaan saat ini jauh berbeda. Guru memang tidak selamanya dituntut paham dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
Namun demikian, sebagai facilitator, guru semestinya memahami arah pertanyaan dan bisa menfasilitasi pada jawaban yang harus dihadirkan dalam ruangan. Bisa saja siswa memiliki jawaban yang dimaksud, tapi guru haruslah menguasai medan peperangan.
Setidaknya, seorang guru harus dengan ikhlas menyediakan waktu 60 menit per hari untuk memperdalam bidang keilmuannya dengan cara membaca buku.
Apapun bidang keilmuanya, seorang guru harus berusaha untuk mencari akses buku, baik secara offline maupun online. Pastinya, ada banyak buku versi online yang sangat mudah diakses saat ini.
Selain itu, seorang guru juga paling sedikit bisa menyediakan 30 menit waktunya per hari untuk menguasai topik tertentu dengan tujuan menambah wawasan keilmuan.
Kalau hanya berharap pada buku pegangan, maka boleh dipastikan seorang guru akan ketinggalan jauh. Ibarat kapal yang sedang berlayar, nagivasi harus berfungsi dan seorang nahkoda harus selalu update perkembangan cuaca yang bisa sesekali membahayakan awak kapal dan penumpang.
Begitupula guru, nagivasi keilmuan haruslah tepat sasaran dan perkembangan ilmu harus terus dipantau agar tidak ketinggalan arah. Siswa sebagai peampung ilmu perlu diberikan wadah yang sesuai dengan kapasitas mereka.