Di tulisan kali ini saya akan membahas efek penggunaan smartphone pada kemampuan kognitif anak. Apakah lebih banyak sisi manfaatnya atau sebaliknya? let's find out!
Baik, saya mulai dulu dengan fungsi kognitif. Saat terlahir, anak belum memiliki input di dalam otak. Untuk bisa bekerja, otak memerlukan rangkaian input.
Ilustrasinya seperti ini, ketika membeli sebuah personal computer (PC), umumnya belum ada software yang terpasang. Agar sebuah komputer bisa dipakai, semua harus terkoneksi dengan baik.
Nah, otak manusia tidak serta merta bisa dipakai. Seorang bayi yang baru terlahir harus terlebih dahulu memasukkan input ke otak agar otaknya bisa dipakai.Â
Menariknya, input tidak harus dibeli seperti perangkat komputer. Semuanya tersedia gratis di sekitar kita. Bahkan, input paling murah sekalipun bisa menjadikan otak bekerja maksimal.
Input utama yang dibutuhkan otak bisa didapat dari dua hal:interaksi dan komunikasi. Dengan dua jenis input ini otak sudah bisa terhubung dengan baik dan fungsi kognitif bisa berjalan mulus.
Apa yang terjadi ketika otak tidak mendapat input dari dua hal ini? bayangkan saja ketika manusia tidak diberi makan dan minum, apa yang akan terjadi?
Jadi, otak seorang bayi harus mendapat input yang cukup untuk bisa mengeluarkan output. Dilema saat ini adalah, orang tua berharap output yang baik namun enggan memberi input terbaik.
Apa yang saya maksud disini? smartphone secara tidak langsung menjadi perusak input pada otak anak. Loh, kok bisa? kan banyak hal yang bisa dipelajari anak lewat smartphone?
Benar! sayangnya, otak anak belum siap untuk itu. Saat anak sudah terpapar smartphone maka bersiaplah untuk menerima konsekuensi jangka panjang.Â
Smartphone is just like drug. it kills you slowly!