Seorang teman yang baru saja pulang liburan menghadiahi dua buku anak kepada saya beberapa bulan yang lalu. Kebetulan buku yang diberikan bertema lalu lintas.
Jadilah saya kerap membacakan buku tersebut kepada anak setiap malam sebelum tidur. Isi buku memang mengarahkan anak untuk paham tentang cara menyebrang, menghindari kendaraan dan cara berjalan di trotoar.
Yang menarik dari buku ini adalah alur cerita dan pemilihan tempat. Buku ini menggambarkan anak-anak sekolah yang sedang berada di dalam kelas dan dua guru mereka memberitahu aturan menyebrang.
Lalu, kedua guru ini mengajak anak-anak keluar untuk menuju beberapa toko yang sudah lebih dulu dipersiapkan. Nah, setiap tempat yang dikunjungi anak-anak selalu mendapat sebuah tas yang tidak boleh dilihat isinya.
Disaat bersamaan kedua guru ini bertanya kembali tentang beberapa poin cara berjalan di publik yang sudah dijelaskan di dalam kelas sebelumnya.
Anak-anak saling menyahut dan memberikan jawaban, kemudian guru mereka menunjuk beberapa area jalan yang memilki tempat pemberhentian sambil menjelaskan fungsi lampu lalu lintas.
Pada setiap toko yang menjadi tempat pemberhentian, setiap anak memiliki giliran untuk mengambil paket tas yang isinya menjadi rahasia. Anak-anak semakin antusias untuk belajar sambil bermain.
Nah, pada saat giliran toko ketiga, seorang anak tanpa sengaja menjatuhkan paket tas yang dipegang. Terjatuhlah sebuah bola yang bergelinding ke arah jalan.
Seekor anjing yang juga bersama anak-anak kemudian mengejar bola itu. Sebuah mobil dari jauh berhenti mendadak. Lantas, seorang guru langsung berkata.Â
Ingat! pelajaran kita hari ini anak-anak, "Dilarang menyebrang jalan tanpa melihat kiri dan kanan"
Seorang anak seketika menjawab "iya, bu guru. tapi bolanya terjatuh dan harus diambil".
Gurunya membalas dengan nada lembut "benar, tapi kita tidak boleh langsung mengambil benda yang sudah berada di jalan". "berhenti sejenak, lihat kendaraan di jalan dan pastikan tidak ada satu pun kendaraan yang melintas" lanjut buk guru.
Anak-anak pun saling menatap dan mata mereka tertuju pada seorang anak yang menjatuhkan tas berisi bolah. Seorang guru lalu membantu untuk mengambil bola yang berada di tepi jalan.
Perjalanan pun dilanjutkan ke toko terakhir. Nah, disini anak-anak juga mendapat paket yang tidak boleh dibuka. Setelah semua toko berhasil dikunjungi.
Tiba waktunya anak-anak menyebrang. Kedua guru mengarahkan anak-anak untuk melihat lambang yang tertera pada tiang dekat penyebrangan.Â
Anak-anak juga diajarkan arti lampu merah, kuning dan hijau beserta lambang dan tombol penyebrangan. Seorang anak diarahkan untuk menekan tombol menyebrang, lalu mobil-mobil pun berhenti seketika.
Gilaran anak-anak menyebrang secara teratur sambil berbaris. Para supir pun melambaikan tangan kepada mereka satu persatu. Akhirnya, anak-anak berhasil menyebrang menuju ke sebuah lapangan yang luas.
Saat tiba di lokasi, anak-anak dibiarkan untuk membuka empat paket tas yang mereka terima dari beberapa toko yang sudah mereka kunjungi.Â
Mereka semua terlihat sangat girang karena ada banyak mainan yang didapat dari dalam tas. Tidak hanya itu, ada juga makanan dan minuman di salah satu tas.
Dengan antusias anak-anak bermain bersama menggunakan mainan yang mereka dapat. Sesekali mereka berhenti untuk makan dan minum.Â
Begitulah akhir cerita petualangan anak-anak belajar berlalu lintas sambil bermain. Dengan bermodal buku ini, saya berhasil mengajarkan etika berlalu lintas dengan baik kepada anak.
Ya, ini adalah satu dari sekian banyak cara untuk mengajari anak cara berlalu lintas dengan benar. Ketika anak sudah besar memori ini akan membekas di pikirannya tanpa mereka sadari. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H