Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Apa yang Menyebabkan Anak Tidak Terbuka pada Orangtua?

9 November 2022   17:50 Diperbarui: 13 November 2022   10:47 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tertutup dengan orangtua (Sumber: shutterstock)

Zaman serba canggih, komunikasi orang tua dan anak semakin sedikit. Saat ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktu di depan smartphone ketimbang berbicara dengan orang tua mereka. Kenapa fenomena ini bisa terjadi?

Anak Jarang diajak bicara saat kecil

Mau diakui atau tidak, kesibukan orang tua secara tidak langsung memperpendek waktu bersama anak. Ada yang kedua orang tua harus bekerja, sehingga anak 'terpaksa' harus dititip ke daycare.

Dengan waktu yang terserap pada pekerjaan, kebanyakan orang tua sudah lelah duluan saat tiba di rumah. Alhasil, waktu yang tersisa untuk mengajak anak bicara sirna begitu saja. 

Ada juga orang tua yang memiliki waktu banyak di rumah, namun sayangnya mereka membiarkan anak memegang smartphone agar sang anak tidak 'mengganggu' pekerjaan mereka.

Apa yang ditanam itulah yang dipetik

Ada kisah menarik di mana seorang anak lebih memilih berada di luar rumah bersama temannya ketimbang menemani ibu dan ayahnya di rumah. Si anak walau berada di rumah lebih memilih mengurung diri di kamar.

Ternyata, anak yang sudah dewasa ini dulunya sangat jarang diajak ngomong oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hanya berkomunikasi dengan anak sesekali. 

Akhirnya, si anak lebih suka berbagi curhatan dengan teman-temannya dan tidak pernah mengungkapkan apapun kepada orang tuanya. 

Saat kedua orangtuanya sudah pensiun dari pekerjaan, mereka rindu pada anak dan ingin sekali mengajak anak bertukar cerita. Tapi, sang anak merasa canggung ketika berbicara dengan orang tuanya dan memilih menghabiskan waktu bersama teman.

Ya, begitulah yang terjadi. Sesuatu yang kita tanam akan kita panen. Tanaman yang kta jaga, rawat, siram dengan baik akan menghasilkan buah yang manis ketika masa panen tiba.

Anak yang dari kecil kita ajak berbicara, bertukar cerita, mendengarkan kisah klasik hariannya akan berubah menjadi pria dan wanita dewasa yang akan memberikan telinganya untuk kedua orang tua. 

Sedangkan mereka yang jarang diajak ngobrol saat kecil, kisah ceritanya diabaikan akan pergi membawa telinganya kepada orang lain. Begitulah hukum alam, waktu yang diberikan untuk anak akan kembali pada orang tua di usia senja. 

Ajak Anak Berbicara Sebanyak Mungkin

Ketika anak masih kecil, bangunlah kedekatan bersama anak dengan membacakan buku, menanyakan apa saja yang mereka alami seharian, apa yang membuat hati mereka senang, sedih, jengkel, murung dll.

Dengan sering mengajak anak berkomunikasi, baik itu hal ringan atau lainnya maka anak tidak akan merasa canggung untuk mengadukan apa saja kepada orang tua ketika umurnya beranjak dewasa.

Kuncinya adalah MENDENGARKAN. Saat anak mengadu kepada orang tua tentang perasaan mereka, ketika terjatuh, dimarahi teman, hari yang membosankan, maka dengarkan curhatan anak sebaik mungkin.

Biarkan anak meluapkan emosi mereka sampa selesai, lalu berikan respon yang positif. Jangan biarkan emosi mereka menetap dalam diri mereka karena itu berbahaya.

Ilustrasi orang tua dan anak kompak (Sumber: Freepik)
Ilustrasi orang tua dan anak kompak (Sumber: Freepik)

Emosi memang harus diluapkan dan harus dilakukan setiap hari. Setiap anak memiliki jumlah emosi yang berbeda. Cara terbaik meluapkan emosi adalah dengan mengungkapkannya. 

Nah, di sini orang tua perlu memahami dan memberikan waktu bagi anak untuk bercerita sampai mereka puas. Lalu, berikan respon yang membangun agar percaya diri anak tetap terjaga. 

Hindari Memarahi dan Menyalahkan Anak

Usahakan untuk tidak menyalah-nyalahkan anak ketika mereka melakukan sebuah kesalahan. Fungsi orang tua adalah mengarahkan dan memandu anak untuk melakukan hal-hal yang baik.

Jika anak kedapatan melakukan sesuatu yang buruk, cukup dengarkan dulu alasan mereka dan biarkan mereka menjelaskan sampai selesai. Lalu, sampaikan apa yang seharusnya dilakukan anak.

Dengan mendengarkan anak, rasa nyaman akan dirasa anak. Berikutnya, saat melakukan kesalahan lain, anak tidak akan takut untuk melaporkan ke orang tua.

Namun, jika orang tua memarahi anak lebih dulu tanpa mendengarkan penjelasan anak, kedepan anak tidak akan mengabari orang tua atau menutupi kesalahannya saat melakukan sesuatu yang negatif.

Dari sinilah anak belajar berbohong. Rasa takut yang disimpan dalam otak anak menyebabkan anak enggan memberitahu yang sebenarnya pada orang tua. 

Makanya penting sekali untuk bersikap terbuka pada anak. Setiap anak memiliki fase kehidupan yang tidak sama. Seorang kakak akan mengalami hal berbeda dari adiknya. 

Jadi, hindari membeda-bedakan anak ketika mereka melakukan sesuatu yang salah. Kesalahan yang dilakukan anak mutlak diperlukan untuk tumbuh kembang.

Tanpa kesalahan anak tidak akan belajar kebenaran. Orang tua lah yang membetulkan perilaku anak dengan memberi contoh yang baik dan mengarahkan dengan cara yang lembut penuh kasih sayang.

Apakah tidak boleh marah kepada anak?

Marah boleh saja asal dilakukan dengan bijak dan tidak menciptakan efek takut pada anak. Rasa marah juga perlu dipelajari anak, layaknya rasa sedih, senang, kesal, dll.

Lebih dari itu, anak membutuhkan rasa tenang dan nyaman. Keduanya perlu diperoleh dari kedua orang tua. Mengajak anak berbicara setiap hari memberikan rasa nyaman pada anak. 

Kuantitas berkomunikasi bersama anak juga akan membawa efek positif pada kepribadian anak. Nantinya, anak akan mudah terbuka, berbagi cerita apa saja bersama kedua orang tua mereka.

Saat anak sudah nyaman curhat ke orang tua, semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Dan yang paling penting anak lebih percaya diri untuk bercerita kepada ayah dan ibunya ketimbang teman dekat mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun