Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengukur dan Membangun Kesuksesan Melalui Self-Discipline

1 November 2022   17:32 Diperbarui: 1 November 2022   17:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesuksesan. www.freepik.com

Kesuksesan adalah sebuah kata yang identik abstrak. Mengukur kesuksesan seseorang tidak dilihat dari sejauh mana karir atau sebesar apa tabungan yang ia punya, namun lebih kepada bagaimana cara ia hidup saat ini. 

long  time  perspective

Ada sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika selama lima tahun oleh sosiolog Dr. Edward Banfield dari universitas Harvard. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tren mobilitas sosial-ekonomi di Amerika.

Uniknya, ia menemukan satu fakta bahwa atribusi kesuksesan terletak pada sudut pandang jangka panjang. Ini bermakna sudut pandang waktu dinilai dari bagaimana seseorangmempertimbangkan jumlah waktu terhadap suatu pekerjaan yang ia lakukan saat ini.

Secara gamblang, rata-rata orang sukses memiliki satu kesamaan, yaitu tidak buang-buang waktu. Ringkasnya,apapun yang dilakukan saat ini sangat dipertimbangkan dengan efek yang didapat kedepan.

Dengan kata lain orang sukses adalah Long-term Thinkers. Mereka membayangkan diri mereka jauh kedepan, kemudian memprioritaskan segala hal yang mereka lakukan saat ini sejalan dengan goals yang ditetapkan.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak memiliki prioritas dalam hidupnya. Mereka hidup tanpa tujuan (goals) dan condong menghabiskan waktu tanpa pertimbangan.

Orang-orang sukses juga memiliki satu prinsip, yaitu mengenyampingkan kemudahan dan berani mengambil resiko. Kehidupan orang sukses berliku-liku dan tentunya tidak berada di zona nyaman.

Mereka tidak mencari jalan cepat (short cut), bahkan rela menghabiskan waktu mengasah satu skil yang dianggap relevan dengan tujuan akhir.

Dalam dunia bisnis, kesuksesan tidak dilihat dari keuntungan jangka pendek, tapi lebih kepada kemampuan bertahan saat yang lain jatuh terjungkal.

"Short-Term Gain Can Cause Long-Term Pain"

Seringnya orang tertipu dengan apa yang bisa diraih dalam waktu singkat, akibatnya mereka harus rela menangis di ujung. Sebagai contoh, pelaku bisnis yang tidak memperhitungkan kemungkinan kerugian jangka panjang akan terlena dengan keuntungan sesaat.

Yang terjadi kemudian adalah ketidaksiapan mensikapi tantangan. Nah, hal inilah yang banyak terjadi pada pelaku bisnis pemula. Karena fokus keuntungan, mereka tidak membangun sebuah rencana matang untuk memprediksi hal-hal negatif.

Orang-orang sukses umumnya memiliki sebuah master plan yang dipersiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi kemungkinan yang bisa saja terjadi. Alhasil, mereka telah menyiapkan sejumlah uang yang memang sudah dipersiapkan sebelum bisnis dimulai.

long-term  consequences  of behaviors VS personal enjoyment

Satu pembeda lainnya adalah bagaimana orang sukses sangat berhati-hati ketika bertindak. Mereka sangat memperhitungkan efek jangka panjang yang mungkin terjadi akibat kecerobohan dari apa yang mereka lakukan. Sebabnya, mereka sangat memperhatikan kualitas sebuah tindakan.

Sementara di sisi lain, orang-orang yang sulit sukses terbiasa dengan kenikmatan sesaat yang mereka dapatkan dari sebuah tindakan. Misalnya, mereka akan terlena untuk menghabiskan uang untuk berfoya-foya ketimbang mengalokasikan keuntungan untuk jangka panjang.

Akhirnya, bisnis yang dibangun hanya mampu bertahan di lima tahun pertama, kemudian harus rela dilindas oleh pesaing yang memiliki target jangka panjang.

Ya, tentunya ini tidak hanya berlaku pada pelaku bisnis. Secara umum kita bisa berada pada salah satu diatara dua pilihan ini.

Contoh sederhana lainnya, seorang mahasiswa yang tidak berpikir kedepan akan lalai dengan hal-hal yang tidak sejalan dengan targetnya. Atau bisa saja kuliah tanpa target, walhasil selesai dalam tujuh tahun dengan 'bantuan'.

Dalam hidup, jika kita tidak memiliki prioritas maka kita akan selalu diatur orang. Waktu kita terbuang sia-sia dengan sebab hidup tanpa tujuan.

Dalam ranah parenting, kedua orang tua yang tidak memiliki tujuan membesarkan anak juga akan membiarkan anak mereka menghabiskan waktu tanpa hasil.

Padahal, orang tua bisa mengarahkan anak untuk melakukan hal-hal yang sejalan dengan apa yang ditargetkan ketimbang membiarkan anak memegang smartphone berjam-jam tanpa pengawasan.

Kita semua bisa memilih, mengejar kesuksesan atau menyalahkan keadaan. Yang pasti sebuah penyesalan pasti akan datang tersebab apa yang kita lakukan hari ini.

Semua orang memiliki waktu yang sama, tapi tidak semuanya mendapatkan hasil yang sama. Apa yang kita lakukan itulah yang akan kita petik. 

Pilihan ada pada individu. Ingin hidup menatapi keadaan, atau mulai membenah diri dari kebiasaan sehari-hari. Dengan bertanya, kemana waktuku terbuang? apakah apa yang saat ini kukerjakan sejalan dengan target hidupku?

Jika jawabannya tidak, maka perbaiki tujuan hidup dan mulailah dengan sebuah disiplin diri yang membawa ke arah positif. Hasil pasti sejalan dengan tindakan,dan sebuah tindakan bisa dipertimbangkan terlebih dahulu.

Salam sukses!

Masykur

Refgerensi bacaan buku The Power of Self-Discipline. Ditulis oleh Brian Tracy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun