Sekilas, bisnis semacam ini terlihat baik-baik saja, namun saat pelanggan bertambah, pemilik usaha akan kalang kabut karena di awal tidak mengarahkan pikiran dengan konsep HOW.
Misalnya, How can I satisfy my costumers?. Pertanyaan yang dimulai dengan HOW terletak pada pelaku bisnis dengan pola pikir kedepan, dan tipe ini disebut entrepreneur.Â
Jika Technician memilih untuk terjun langsung dan fokus pada produk, maka entrepreneur akan mengarahkan pikiran pada pelanggan. Artinya, pelaku bisnis tipe ini membangun produk berdasarkan tipe pelanggan, bukan berpatok pada produk yang ada saat ini.
Dengan kata lain, tipe entrepreneur memiliki gambaran tentang bisnisnya lebih dahulu sebelum memulainya, sementara tipe technician lebih suka langsung eksekusi saja tanpa perlu membangun konsep bisnis lebih dahulu.
Yang membuat kedua bisnis ini berbeda adalah, satu menjalankan bisnis dengan perhitungan dan analisa, sedangnya satunya tidak mengantisipasi apa yang kemudian akan mungkin terjadi.
Meskipun demikian, baik technician dan entrepreneur tidak akan lengkap menjalankan bisnis tanpa jiwa manager. Secara singkat, sebuah bisnis akan berjalan maksimal dengan mengkombinasi ketiga aspek : manager, technician, dan entrepreneur.
Membangun Jiwa bisnis yang seimbang
Dalam jiwa pelaku bisnis, setidaknya ada salah satu dari ketiga aspek diatas yang mendominasi. Sayangnya, banyak pelaku bisnis yang menjalankan bisnis dengan pola technician.
Akibatnya, bisnis hanya mampu bertahan dalam kurun waktu lima tahun, lalu perlahan omset menurun dan tanpa analisa diawal maka bisnis yang semula dibangun dengan mudah terjungkal balik.
Apakah pelaku bisnis dengan konsep entrepreneur lantas akan berhasil membangun bisnis dan bertahan? belum tentu! jiwa entrepreneur memang baik, tapi tanpa bantuan manager bisnis juga berpotensi menurun.
Artinya, kemampuan melihat kedepan dan memetakan sebuah bisnis dengan pertanyaan HOW tidak mudah dieksekusi tanpa bantuan pekerja yang loyal dan jiwa leader pada pelaku bisnis.