Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kebahagiaan Hakiki Bukan dalam Harta, Namun Ada di Dalam Diri Kita

27 September 2022   11:59 Diperbarui: 27 September 2022   12:09 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sore seusai membawa anak bermain, pandangan saya terpaling pada dua orang anak yang sedang saling bermain tepat di sudut jalan raya tempat pemberhentian kendaraan.

Satu hal unik yang saya perhatikan dengan seksama bagaimana dua anak ini bermain seakan tanpa beban, senyum mereka begitu lepas ketika sang abang bersembunyi di belakang sebuah tiang reklame yang cukup besar untuk menutupi tubuh mungilnya.

Saya melihat begitu jelas bagaimana sang adik yang umurnya saya taksir berkisar antar 1.5-2 tahun tersenyum lebar ketika menemukan abangnya yang berdiri di sebelah tiang.

Mereka berdua tertawa riang ketika matahari hendak tenggelam. Di sebelahnya ada seorang ibu muda yang memegang kotak untuk meminta sumbangan. Ya, saya menebak beliau adalah ibu dari kedua anak yang sedang bermain.

Sekilas saya termenung, bagaimana mereka bisa bermain dan tertawa riang disaat yang sama sang ibu sedang mencari sesuap nasi untuk makan malam mereka.

Kadang begitu banyak pelajaran berharga terpampang lebar di depan mata kita, namun sedikit dari kita yang mampu melihat dan mengambil pelajaran.

Ada banyak anak-anak di dunia ini yang merasa tidak bahagia dengan alasan klise seperti tidak dibelikan mainan, makanan yang tidak enak, atau bahkan tidak diberikan smartphone oleh orangtua.

Sementara, di luar sana ada begitu banyak anak-anak yang kurang beruntung. Jangankan mainan atau makan enak, untuk tidur saja mereka tak tau hendak kemana.

Uniknya, hidup tanpa harta tidak membuat mereka sedih, bahkan canda dan tawa mereka begitu lepas seakan tidak ada beban yang mereka pikul. 

Di kesempatan lain saya juga pernah menemukan seorang ayah dan anak yang tidur di bawah jembatan ketika malam tiba selesa memulung. Dengan sebungkus nasi sang ayah menyuapi kedua anaknya yang masih kecil.

Mereka tetap mampu tertawa, saling menatap dalam canda. Ya, kebahagiaan mereka mungkin saja begitu dalam dan hanya mereka yang mampu merasa, terlepas dari apa yang terlihat oleh ribua mata yang menatap.

Anak-anak kita mungkin saja hidup dalam gelimangan harta, semua serba ada kapanpun mau bisa didapat dengan mudah. Tapi, apakah mereka benar-benar bahagia dan tidak berpura-pura?

Pertanyaan ini terdengar simpel akan tetapi ada begitu banyak anak-anak yang tidak bahagia walaupun hidup dalam rumah mewah. Apakah hati mereka seriang anak-anak jalanan yang bisa lepas tertawa?

Jangan-jangan penglihatan kita sudah mulai kabur, tidak mampu menerka tawa yang sebenarnya, atau mungkin saja hati kita yang mulai sakit tidak mampu menghadirkan kebahagiaan yang hakiki kepada anak?

Di sekeliling kita ada banyak cinta yang mengalir deras tanpa harta, di sudut kota ada begitu banyak peminta yang tak pernah tahu mengadu kemana, bukankah mereka juga yang menggerakkan roda agar berputar semestinya?

Bukalah sedikit hati agar mampu melihat dalam sepi, mengambil pelajaran yang begitu rapi. Mata mungkin bisa melihat tapi ia tak mampu merasa apa terlihat dalam nestapa. Hadirkan rasa dalam setiap tawa agar kita mampu untuk meminang iba dari hamba yang tidak berharta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun