Berikan harga yang relevan dengan waktu yang anda investasikan. Kembali ke contoh di awal, jika dalam sebulan anda mendapat gaji 6 juta, dengan kalkulasi jam kerja 160 jam/bulan (5 hari kerja perminggu), anda mendapat 37.500/perjam.
Kira-kira dengan investasi pada skil tertentu dengan menguprade kemampuan diri, bisakah anda dihargai 100.000/jam? jawabannya tentu saja bisa, pertanyaannya maukah kita?
Jadi, dengan memahami nilai waktu, kita juga bisa menentukan nilai jual skil yang kita miliki. Saat ada satu tawaran kerja dengan jumlah yang tidak relevan, kita lebih mudah menjawab TIDAK.
Berbeda ketika kita tidak memeliki gambaran kemampuan yang ada pada kita, nilai waktu yang kita miliki lebih murah disebabkan percaya diri yang kurang.
Inilah yang membuat GAP besar antara orang yang mampu menghargai waktu dengan mereka yang tidak. Orang yang pinter menghargai waktu bisa melihat peluang lebih besar dengan nilai tinggi.
Sedangkan mereka yang tidak mengenal diri mereka sendiri akan condong terperangkap dalam ilusi. Akhirnya, orang dalam kelompok ini lebih gampang menerima apapun pekerjaan asal dibayar ketimbang memperkaya diri dengan wawasan/skil tertentu.
Memang tidak ada yang salah dengan bekerja apapun asal halal, namun tidak ada yang salah juga dengan mengupgrade diri dan mempelajari hal-hal baru guna menambah nilai pada diri sendiri.Â
Dalam konteks pekerjaan, orang-orang yang memiliki nilai tambah (added value) akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan. Kemampuan ini tanpa disadari menjadi penentu nilai jual seseorang dalam sebuah pekerjaan.
Sebuah pertanyaan seperti, "berapa gaji yang anda minta untuk pekerjaan ini"? akan terdengar sulit bagi orang yang tidak mengetahui kualitas dirinya. Namun, bagi mereka yang mengharga waktu, pertanyaan seperti ini akan menjadi nilai tawar yang pastinya menjanjikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H