3. Mengajarkan Konsekuensi dari Perbuatan
Sebab dan akibat juga dipelajari anak dengan pembiasaan. Orangtua yang condong fokus pada membiarkan anak tanpa mengajarkan akibat dari sebuah tindakan akan menghasilkan anak hidup tanpa membawa nilai disiplin.
Di saat anak bermain, apakah orangtua menjelaskan berapa lama anak boleh bermain dan memberitahu apa yang terjadi jika batasan waktu dilanggar?
Hal seperti ini terlihat simpel, akan tetapi membentuk kedisiplinan pada anak sejak kecil.Â
Ada orangtua yang berkata, "Udah cukup mainnya ya", lalu anak merengek dan tidak mau berhenti. Orangtua menyerah dan anak dibiarkan bermain lagi.
Pola seperti ini membuat anak tidak memahami konsep waktu dan membawa kebiasaan yang tidak baik. Saat dewasa, jika sering dibiarkan tanpa memahami konsekuensi anak akan hidup tanpa tanggung jawab.
Seharusnya cara terbaik adalah, orangtua terlebih dahulu memberitahu anak total waktu yang akan dihabiskan untuk bermain. Misalnya 30 menit, beritahu anak dengan cara paling sederhana yang mereka pahami sesuai umur anak.
Anak akan merengek dan tidak mau meninggalkan mainannya jika seketika diminta orangtua. Ingatkan anak beberapa kali sebelum jatah waktu mainnya berakhir, tujuannya agar anak tidak kaget dan lebih gampang menerima kenyataan waktu bermain sudah selesai.
Saat anak tidak menuruti orangtua dan melewati batasan waktu bermain, ajarkan anak konsekuensi denga hal sederhana yang mudah dipahami. Contohnya, jika anak lanjut bermain, jatah kuenya berkurang atau jatah bermain keesokan harinya akan lebih sedikit.
Perlahan namun pasti jika anak diajarkan arti konsekuensi, mereka akan belajar akibat dari setiap perilaku. Efek positif dari pembiasaan konsekuensi adalah membangun kemampuan mengambil tindakan yang benar.
Ketika dewasa anak akan dengan mudah memahami akibat dari sebuah tindakan yang ia ambil. Dengan memahami konsekuensi anak juga terhindar dari berperilaku buruk yang merugikan diri sendiri dan juga nama baik orangtua.Â