Sesuatu yang dilakukan berulang akan membentuk ritme. Nah, saat orangtua secara konsisten menjadwalkan kegiatan membaca setiap hari, anak akan membentuk ingatan membaca dalam otaknya.
Lama-kelamaan anak akan terbiasa dan menganggap membaca adalah sesuatu yang harus dilakukan. Namun, pilihlah waktu yang tepat. Contohnya, saat anak sedang rileks ketika sedang menyusui, atau boleh juga saat sesaat sebelum tidur.
Aktivitas otak saat anak sedang menyusui dan hendak tidur berada pada posisi positif, dimana jika orangtua membacakan buku pada dua waktu ini anak akan menyimpan memori membaca lebih kuat.
Saat anak berumur satu tahun, saya rutin membaca setidaknya dua kali sehari. Berbagai jenis buku saya kenalkan, termasuk buku yang mengajarkan karakter yang diperuntukan bagi anak TK.
Saya terus-menerus mengajarkan anak tentang buang sampah pada tempatnya, membantu orangtua, mengantre di tempat umum, tentang jenis pekerjaan dan profesi.
Sampai umur dua tahun buku yang sama tetap saya ulang. Nah, di sini saya melihat satu hal unik. Semakin saya sering melatih anak mengaitkan satu hal dengan hal lain, daya pikir anak mulai terasah.
Di saat yang sama, anak sudah mampu mengenal beberapa karakter yang ada dalam buku. Bahkan, saat umur dua tahun anak sudah mulai bertanya kenapa ada yang buang sampah sembarangan.
Karena dalam buku yang saya baca ada kaitan antara buang sampah dan banjir, kemampuan bernalar anak saya juga sudah sangat lumanyan.
Saat melihat genangan air atau sampah yang tersebar di jalan-jalan, anak saya terus bertanya, kenapa sampah tidak dibuang pada tempatnya? Kenapa berserakan? Lalu ia berkata nanti banjir kalau buang sampah sembarangan.
Atau di kesempatan lain, saat melihat ada orang yang tidak memakai helm di jalan, ia pasti akan menegur saya dan bertanya kenapa banyak orang yang tidak pakai helm, dan berujar nanti kan bisa jatuh dan terluka.
Semua nilai-nilai ini ia dapat dari buku-buku yang saya bacakan sejak kecil. Jika saja saya tidak mengenalkan karakter baik sejak kecil, mungkin saat ini anak saya masih belum mampu mengaitkan sebab dan akibat.