Hari ini saya mulai membaca buku baru yang berjudul Millionnaire Success Habits. Dalam buku ini saya menemukan fakta bahwa banyak dari para milioner memiliki latar belakang buruk saat sekolah.
Di tulisan ini saya hanya akan membahas tentang John Paul DeJoria, seorang milioner Amerika yang kisahnya tertulis dalam buku yang sedang saya baca.
Paul merupakan seorang anak yang terlahir dari kedua orangtua imigran, ayah berasal dari Italia dan ibu dari Yunani. Sayangnya, orangtuanya bercerai saat ia berusia dua tahun.
Akhirnya ia dititipkan pada tempat pengasuhan anak karena ibunya tidak mampu menjaganya. Sampai umurnya beranjak 9 tahun, Paul kembali hidup bersama ibunya.
Disinilah titik awal yang mengantarkannya menjadi milioner. Sejak umur 9 tahun Paul sudah mulai menjual kartu natal dan koran bersama abangnya untuk membantu ibu mereka.
Tanpa sosok ayah yang memandu, Paul mulai bergabung dengan lingkungan yang salah, termasuk berteman dengan geng lokal di kawasan Los Angeles.
Ia bahkan kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah yang membuatnya hampir gagal. Suatu ketika seorang guru sekolahnya saat di SMA menemukan Paul dan kawannya Michell yang saat itu sedang membagikan catatan di kelas.
Lantas, gurunya menyuruh mereka berdua berdiri di depan kelas dan berkata ke siswa lainnya "kalian lihat dua orang ini, jangan pernah berkumpul bersama mereka karena kedua orang ini tidak akan bisa berhasil, mereka juga tidak akan sukses di bisnis apapun"
Kalimat yang keluar dari mulut gurunya saat itu bukanlah hal yang berarti untuk Paul. Siapa sangka beberapa tahun kemudian kalimat gurunya tidak terbukti sama sekali, malah kenyataannya berbalik.Â
Kenapa bisa demikian?
Ternyata rahasia sukses Paul ada pada betapa giatnya ia bekerja sejak umur 9 tahun. Paul bekerja di berbagai tempat dan melakoni bermacam pekerjaan, dari mengantar koran sampai menyapu di tempat laundry.
Bahkan ia rela di bayar $1.25/jam dolar saat itu. Karena Paul bekerja dengan benar-benar teliti, pemilik laundry menaikkan gajinya menjadi $1.5/jam.Â
Berkat kegigihan dan jiwa pantang menyerah, Paul berhasil menamatkan SMA dan kemudian bergabung ke U.S Navy dan selama dua tahun mengabdi pada aircraft carrier USS Hornet.
Tidak berhenti disana, Paul bahkan tetap bekerja sebagai pembersih toilet, bekerja di SPBU, sampai bekerja sebagai penjual asuransi, semua ia lakoni untuk mendapatkan uang.
"He learned to overcome rejection, communicate with people by listening to them, and persuade others to take action. "
Inilah yang menjadi kunci sukses Paul. Ia rela bekerja apapun dan pada akhirnya banyak hal yang ia pelajari, termasuk diantaranya, menerima penolakan dari calon pembeli, komunikasi dengan berbagai kalangan orang, mendengar dan menawarkan produk kepada pembeli dengan baik.Â
Bagi Paul, skil yang ia dapat dari berbagai pekerjaan yang ia lakoni membuatnya menjadi orang yang tidak gampang menyerah dan terus belajar sehingga karakter dirinya terasah lebih tangguh.
Sayangnya, walaupun telah berusaha keras, Paul harus rela ditinggalkan istrinya saat berumur 20 tahun dan uang yang telah ia kumpulkan dibawa lari sang istri.
Lebih menyedihkan lagi, Paul terpaksa harus merawat anak semata wayangnya sendiri yang saat itu berumur 2.5 tahun. Buruknya lagi, ia harus rela keluar rumah sewa karena istrinya tidak membayar tagihan selama tiga bulan.
Tanpa pikir panjang, Paul tinggal di sebuah mobil tua yang satu-satunya ia miliki. Apakah Paul menyerah dengan keadaanya? TIDAK! sama sekali tidak. Ia bahkan berkata ke anaknya "kita akan melewati ini bersama"
Karena visi hidupnya yang jelas, Paul mulai berusaha lebih giat demi memulai perusahaannya sendiri dan tetap menjual ensiklopedia dari satu rumah ke rumah lainnya selama tiga tahun.
Uniknya, saat itu Paul hanya memiliki uang $700 di kantongnya. Teman-temannya semua berkata mustahil untuk memulai bisnis dengan uang segitu. Mereka bahkan mempertanyakan statusnya yang hanya sebagai tamatan SMA.
Bagi Paul itu tidak mematahkan semangatnya sama sekali. Walaupun mayoritas menyudutkan posisinya, Paul tetap pada pendiriannya untuk menjalankan bisnisnya sendiri.
Kerja kerasnya membuahkan hasil. Walau harus tetap kerja menyambi disana sini dan fokus memulai bisnisnya, Paul dengan keuletannya berhasil membangun perusahaannya sendiri setelah dua tahun mendapat profit seadanya.
Berkat skil komunikasi yang baik yang ia latih ketika bekerja sebagai penjual asuransi dan ensiklopedia, Paul terlatih menjadi pendengar yag baik dan berhasil mempelajari karakter pembeli dengan teliti.Â
Tahun 2015, Majalah Forbes menempatkan Paul sebagai orang terkaya d Amerika dengan peringkat 234 dari 400 kandidat. Penghasilannya mencapai $2.8 milyar. Sangat lumanyan bukan?
Lalu, bagaimana nasib kawannya satu lagi. Nah, temannya Michelle Phillips ternyata berhasil membangun karir di bidang musik. Ia merupakan salah satu pendiri 960s folk-rock band The Mamas & The Papas yang berhasil menjual 40 juta lebih kaset.Bayangkan saja keuntungannya berapa.
Nah, di hari ulang tahun Paul ke 50, Michelle mencari tahu keberadaan guru SMA mereka yang dulunya berkata Paul dan Michelle tidak akan berhasil di bisnis apapun.Â
Ketika guru mereka mendapati bahwa keduanya telah sukses,sang guru hanya berkata "well, shit".
Pesan moral dari cerita ini adalah, jangan memandang orang lain sebelah mata. Roda kehidupan berputar dan kita tidak pernah tahu kemana arah roda berjalan.
Bisa saja seorang murid yang hari ini terlihat nakal, malas, dan berpenampilan lusuh akan lebih cepat berhasil dari mereka yang pandai, rajin, dan berpakaian rapi.
Semua orang punya latar belakang berbeda dengan kisah unik yang terbungkus rapi. Khususnya bagi guru, perlakukan murid secara sama tanpa memandang bulu.
Hari ini mungkin saja sang murid berada di belakang, suatu saat nanti mereka akan berdiri di depan anda dengan jas dan dasi. Yah, namanya juga kehidupan, tidak semuanya bisa ditebak dari penampilan semata.
 Referensi bacaan (1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H