Kelakuan seorang anak kerap berkaitan dengan tiga hal yaitu terpenuhi atau tidaknya kebutuhan (makanan, stimulasi, perhatian), kurangnya informasi akan sesuatu yang dikerjakan, dan rasa kekecewaaan karena sedih, takut dan frustasi.
Ketiga hal diatas sangat mempengaruhi kelakuan seorang anak dan bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. Seringnya orangtua mudah sekali memvonis anak nakal hanya karena satu kelakuan yang tidak pantas bagi orangtua.
Sejatinya, seorang anak tidak akan berperilaku buruk jika tiga hal yang saya sebut diatas terpenuhi dengan baik. Dalam konsep psikologi, reaksi dari tidak terpenuhinya apa yang dibutuhkan menyebabkan munculnya kelakuan negatif.
Misalnya, anak dibawah umur dua tahun masih belum secara teratur mampu mengungkapkan apa yang mereka butuhkan, baik itu saat lapar, haus, dan menginginkan sesuatu.
Jadi, bagi anak dibawah dua tahun, ketika mereka lapar dan tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan, cara terbaik untuk menarik perhatian orangtua yaitu dengan melakukan hal-hal yang tidak 'wajar'.
Sama halnya ketika anak sedang takut, sedih, kecewa, maka kelakuannya akan berubah dengan tujuan menarik perhatian orang terdekat. Hal ini bukan berarti anak nakal, namun regulasi emosi anak belum bekerja dengan baik.
Memperhatikan Ucapan
Sebagai orangtua terkadang tanpa sengaja kita bisa saja marah atau emosi karena kelakuan anak yang tidak baik. Disisi anak, mereka menganggap apa yang mereka lakukan itu benar.
Disini orangtua perlu melatih kesabaran untuk tidak mudah terpancing emosi hanya karena kelakuan anak yang menurut orangtua negatif.Â
Ucapan yang keluar dari mulut orangtua hendaknya bisa menjadi input yang baik bagi anak. Oleh karenanya, usahalah terlebih dahulu memahami karakter anak.
Perhatikan apakah ada dari ketiga kebutuhan mereka yang bisa saja tidak terpenuhi. Salah satu yang paling sering terjadi adalah kurangnya perhatian orangtua kepada anak.
Karena merasa butuh perhatian orangtua, anak yang berumur 3-6 tahun akan sangat mudah melakukan sesuatu yang menarik perhatian orangtua.
Contohnya, anak akan berteriak, menumpahkan air, mengganggu adik, atau lainnya. Tujuannya agar perhatian orangtua kembali kepada mereka.
Jika orangtua cepat kesal, maka ucapan yang keluar akan mengarah ke kata-kata negatif. Yang paling umum kita jumpai "dasar anak nakal", "sudah dibilangin ga dengar", "nanti ayah/mamak hukum ya"
Ucapan seperti ini akan menjadi input tidak baik di otak baik. Akhirnya, anak akan memahami bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tidak wajar.
Sebenarnya, saat kebutuhan seperti makanan dan perhatian tidak didapat anak dari orangtua, maka sangat wajar secara alamiah mereka berperilaku tidak baik.Â
Jika ucapan negatif sering didengar anak karena faktor perilaku mereka yang dianggap tidak baik oleh orangtua, secara otomatis anak akan mewarisi ucapan yang sama saat menjadi orangtua.Â
Menganalisa Pola Asuh
Sebagai orangtua yang bijak, sebelum menyalahkan anak ada baiknya terlebih dahulu mengenal cara kita sebagai orangtua mendidik anak.Â
Apakah kebutuhan anak secara makanan, perhatian dan emosi sudah terpenuhi dengan layak? mungkin saja anak mendapat makanan berlebih tapi secara perhatian masih kurang.
Menganalisa pola asuh sangatlah penting. Mungkin saja masih banyak cara kita mengasuh anak yang keliru sehingga anak mudah berperilaku negatif.
Perhatian orangtua ke anak sangat mempengaruhi pola perilaku anak kepada orangtua. Hal ini boleh dikatakan sebagai hukum timbal balik.Â
Pemenuhan hak orangtua kepada anak tidak bisa dispelekan. Terlebih jika orangtua bekerja, ada hak perhatian kepada anak yang terlewatkan. Secara tidak langsung anak menagihnya dengan perilaku negatif.
Ada perkataan yang sering kita dengar jika gagal bisnis bisa coba lagi, jika gagal mendidik anak waktu tidak bisa diulang.
Waktu bersama anak adalah momen paling berharga bagi orangtua. Berkomunikasi dengan anak secara sopan akan membentuk kenangan yang baik, sama seperti meghabiskan waktu bersama anak.Â
Memori yang terbentuk dari interaksi orangtua dan anak membentuk database yang kelak dipakai anak untuk melakukan hal yang sama. Ringkasnya, memori yang baik akan membawa pola asuh yang baik pula.Â
Ada banyak dosa-dosa orangtua kepada anak yang secara tidak langsung menjadi anak berdosa kepada orangtua. Perilaku anak yang tidak baik berawal dari cara orangtua membesarkan anak.
Hak perhatian yang tidak didapat anak menjadikan mereka condog berperilaku negatif. Lambat laun saat banyak hak perhatian yang tidak didapat anak dari ayah dan ibu, anak akan mencari perhatian dari luar rumah.
Sejatinya inilah awal mula lepasnya kepercayaan anak kepada orangtua. Jika sudah seperti ini, anak akan mudah sekali menjadi 'liar' karena pengaruh teman.
Anak laki-laki bisa saja mencari perhatian dari lawan jenis, begitu juga sebaliknya. Pelampiasan bathin untuk mencari perhatian bisa merujung pada kelakuan yang lebih buruk.
Misalnya, anak perempuan yang jarang mendapat perhatian ayahnya akan mudah sekali terperangkap pada rayuan laki-laki diluar rumah. Akhirnya, hal-hal yang tidak diinginkan bisa mudah sekali terjadi, seperti hamil diluar nikah.
Bagi anak laki-laki yang jarang mendapat kasih sayang ibunya maka mereka akan mecarinya dari teman wanita. Jika peran ayah juga tidak didapat di rumah, maka mudah saja bagi mereka menghamili anak orang lain.
Kasih sayang seorang ibu kepada anak laki-laki juga berfungsi untuk menanamkan emosi positif. Jadi, seorang anak laki-laki tidak degan mudah berlaku kasar pada perempuan.
Nilai tanggung jawab dan ketegasan yang harus didapat dari seorang ayah bisa menjadi proteksi bagi anak laki-laki menjadi sosok pribadi yang tegas dan berani bertanggung jawab akan apa yang diperbuat.
Bagi anak perempuan, nilai kedekatan bersama sang ayah juga memilik peran untuk memproteksi diri mereka dari predator laki-laki yang bisa merayu kapan saja.Â
Nah, disini kita memahami bahwa peran kedua orangtua haruslah seimbang. Kedekatan ayah dan ibu kepada anak harus dijaga secara proporsianal.
Terlebih jika kedua orangtua harus bekerja, perlu benar-benar diperhatikan apakah kebutuhan anak akan perhatian orangtua sudah dipenuhi dengan baik.
Sudahkah ibu menyalurkan waktunya bersama anak untuk memberi kasih sayang, begitu juga dengan seorang ayah, apakah perhatian kepada anak perempuan sudah diberikan dengan cukup.
Menganalisa pola asuh secara berkala akan memberikan orangtua sudut padang yang berbeda akan diri mereka. Banyak hal yang bisa menjadi pelajaran berharga yang bisa orangtua dapat dengan kembali menganalisa bagaimana mereka berinteraksi dengan anak.
Dalam jangka panjang, kedekatan emosional orangtua dan anak akan memberikan kenangan berbentuk memori positif yang menjadi input terbaik bagi anak saat menjadi orangtua.Â
Tentunya kita tidak menginginkan anak mengulangi kesalahan yang sama ketika mereka menjadi orangtua.Â
Hadiah terbaik yang bisa diberikan orangtua kepada anak adalah kenangan indah yang bisa diwariskan ke anak cucu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H