Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A devoted researcher with regards to foreign languages, memory, and cognitive function

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengenalkan Literasi Keuangan pada Anak, Bagaimana Caranya?

6 Agustus 2022   20:44 Diperbarui: 7 Agustus 2022   02:31 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajarkan anak menabung (KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)

It's never too early to begin teaching your kids about money

Mengenalkan konsep uang pada anak sedini mungkin akan memberikan pemahaman tentang manajemen uang yang baik. 

Sebaliknya, membiarkan anak menghabiskan uang dengan jajanan akan membentuk pemahaman yang buruk tentang uang.

Kenapa Anak perlu Mengetahui konsep Uang?

Anak pada dasarnya mengenal sesuatu dengan hal yang kongkrit baru kemudian dikenalkan dengan sesuatu yang abstrak. Dalam konteks uang, anak pertama-tama hanya perlu mengetahui fungsi uang.

Peneliti dari universitas Minnesota menyarankan fokus mengajarkan anak konsep uang dalam lima hal, yaitu cara mendapatkan, menghabiskan, menabung, meminjam, dan berbagi. 

Nah, cara terbaik mengajarkan anak tentang uang adalah dengan memberi contoh. Misalnya saat anak sudah memasuki usia tiga tahun, orangtua sudah bisa mengenalkan anak tentang uang secara perlahan.

Belikan anak celengan dan berikan jumlah uang tertentu dengan membuat jadwal rutin bagi anak untuk memasukkan uang ke celengan. Pada awalnya cukup berikan analogi ringan yang mudah dicerna anak.

Berikan pengertian pada anak bahwa dengan menabung nantinya uang akan terus bertambah dan nantinya bisa untuk membeli sesuatu yang anak suka, seperti mainan dan lain-lain. 

Hal penting lainnya, ajak anak berbincang dengan memberitahu bahwa ayah atau ibu bekerja dan pada awal bulan mendapatkan uang. Lalu, katakan bahwa uang itu dipakai untuk membeli keperluan harian.

Dengan begitu anak sedikit demi sedikit akan mulai memahami bahwa dengan bekerja orangtua mendapat uang. Lalu, dengan uang orangtua bisa menukarnya dengan barang baik itu makanan atau minuman.

Hal dasar seperti ini keliatan spele, namun memiliki efek jangka panjang. Input otak anak terbentuk dari kebiasaan harian orangtua mendidik anak. Artinya, pembiasaan buruk akan menghasilkan tabi'at yang buruk pula.

Membelikan anak makanan dan minuman secara terus menerus saat anak meminta akan menanamkan input dan kebiasaan yang salah ketika dewasa. 

Anak akan sulit memahami konsep pemasukan dan pengeluaran jika mudah sekali mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Ilustrasi anak sukses www.freepik.com
Ilustrasi anak sukses www.freepik.com

Memang rasa kasihan kepada anak terkesan benar, akan tetapi mengasihani anak dengan terus menuruti permintaan mereka akan menjadikan anak tumbuh dengan input buruk tentang literasi keuangan.

Tentunya, hal ini tidak akan terlihat dalam jangka pendek. Saat anak mulai memasuki fase remaja dan kebutuhan semakin meningkat, maka otomatis beban orangtua akan bertambah.

Apalagi tanpa pemahaman yang baik tentang uang sejak kecil, orangtua akan merasa kewalahan mengabulkan kemauan anak yang terus meningkat seiring bertambahnya umur.

Bentuk Kebiasaan yang Baik tentang Uang

Melibatkan anak saat berbelanja mestinya menjadi rutinitas kebersamaan setiap minggu. Ajak anak saat berbelanja bahan kebutuhan harian. Sebelum pergi berbelanja, buatkan daftar yang harus dibeli dengan memberitahu anak apa saja yang hendak dibeli.

Berikan daftar belanjaan kepada anak, dan biarkan mereka yang memilih barang saat di pasar/kedai/supermarket. Dengan melibatkan anak, banyak pelajaran yang akan menjadi input positif di otak anak sedari kecil.

Anak dengan sendirinya akan memahami kebutuhan harian, konsep menghitung, cara berbelanja, membantu orangtua, dan tanggung jawab. 

Pelan namun pasti, anak akan belajar hidup mandiri dari kebiasaan ini. Di sisi lain, orangtua juga bisa menyematkan pola hidup sehat dengan membiarkan anak memilih makanan sehat. Orangtua dapat mengenalkan jenis makanan sehat dan sekaligus harga barang yang dibeli.

Jika barang yang dibeli sudah berhasil dipilih anak, lalu ajak mereka ke kasir dan berikan uang kepada mereka dengan menyebut jumlah. Biarkan anak memberikan uang tersebut kepada kasir dan sisa belanjaan masukkan ke saku anak.

Membiarkan anak membayar akan mendidik anak tentang kepercayaan dan tanggung jawab. Di samping itu, rasa percaya diri anak akan meningkat dengan kepercayaan orangtua pada anak.

Banyak orangtua yang beranggapan bahwa anak tidak perlu disuruh hal begituan dengan alasan mereka masih kecil atau dengan asumsi anak belum bisa dibiarkan melakukan tugas orangtua.

Padahal, dengan mengajak anak berbelanja banyak sekali manfaat yang didapat. Selain kebersamaan orangtua dengan anak terpelihara dengan baik, anak juga akan membentuk kebiasaan membantu orangtua.

Nah, saat tiba di rumah, jangan langsung meletakkan barang belanjaan ke dapur. Ajaklah anak duduk bersama dan jelaskan jumlah uang yang telah dihabiskan.

Tunjukkan benda yang sudah dibeli dan sebutkan jumlahnya. Biarkan anak sekedar mendengarkan saja, nantinya seiring waktu anak akan membentuk pemahaman yang baik. Lakukan ini setiap selesai berbelanja bersama anak dan usahakan menjelaskan dengan cara yang menyenangkan.

Sisa uang belanjaan berikan kepada anak dan biarkan mereka memasukkan kedalam celengan yang sudah disiapkan. Berikan penjelasan bahwa menyimpan uang hasil belanjaan juga berguna bagi mereka. 

Ketika celengan sudah penuh, ajak mereka membuka celengan bersama. Tanyakan benda apa yang anak inginkan sambil menghitung jumlah uang yang terkumpul. 

Banyak hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengenalkan konsep literasi keuangan pada anak. Yang paling penting adalah cara membangun pemahaman tentang uang dengan cara yang menyenangkan.

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun