Dengan begitu anak sedikit demi sedikit akan mulai memahami bahwa dengan bekerja orangtua mendapat uang. Lalu, dengan uang orangtua bisa menukarnya dengan barang baik itu makanan atau minuman.
Hal dasar seperti ini keliatan spele, namun memiliki efek jangka panjang. Input otak anak terbentuk dari kebiasaan harian orangtua mendidik anak. Artinya, pembiasaan buruk akan menghasilkan tabi'at yang buruk pula.
Membelikan anak makanan dan minuman secara terus menerus saat anak meminta akan menanamkan input dan kebiasaan yang salah ketika dewasa.Â
Anak akan sulit memahami konsep pemasukan dan pengeluaran jika mudah sekali mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Memang rasa kasihan kepada anak terkesan benar, akan tetapi mengasihani anak dengan terus menuruti permintaan mereka akan menjadikan anak tumbuh dengan input buruk tentang literasi keuangan.
Tentunya, hal ini tidak akan terlihat dalam jangka pendek. Saat anak mulai memasuki fase remaja dan kebutuhan semakin meningkat, maka otomatis beban orangtua akan bertambah.
Apalagi tanpa pemahaman yang baik tentang uang sejak kecil, orangtua akan merasa kewalahan mengabulkan kemauan anak yang terus meningkat seiring bertambahnya umur.
Bentuk Kebiasaan yang Baik tentang Uang
Melibatkan anak saat berbelanja mestinya menjadi rutinitas kebersamaan setiap minggu. Ajak anak saat berbelanja bahan kebutuhan harian. Sebelum pergi berbelanja, buatkan daftar yang harus dibeli dengan memberitahu anak apa saja yang hendak dibeli.
Berikan daftar belanjaan kepada anak, dan biarkan mereka yang memilih barang saat di pasar/kedai/supermarket. Dengan melibatkan anak, banyak pelajaran yang akan menjadi input positif di otak anak sedari kecil.