Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membangun Konsep Hidup Minimalis untuk Keluarga

14 Juli 2022   11:17 Diperbarui: 14 Juli 2022   16:59 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa kita sadari kita lebih banyak menghabiskan waktu mengurus barang-barang yang belum tentu nilai manfaatnya besar. Padahal, dengan mengurangi jumlah barang yang kita miliki, kita bisa menghemat begitu banyak waktu. 

Ada orang yang menghabiskan waktu 30 menit hanya untuk mencari atau mencocokkan baju yang ingin dipakai, ada yang butuh 1-2 jam hanya untuk mencari warna yang sesuai. 

Alhasil, sesuatu yang sebenarnya simpel menjadi rumit dan menyita begitu banyak waktu. Sebabnya jelas, karena ada banyak pilihan barang yang kita simpan dan 'mengharuskan' otak untuk memilih.

Dengan mengurangi benda yang tidak terlalu kita butuhkan, maka dengan mudah kita bisa hidup lebih sehat dan bermakna. 1-2 jam waktu bisa kita alihkan ke hal lain yang lebih berguna.

Membentuk Konsep Hidup yang Simpel

Jika mau jujur sebenarnya banyak orang yang lebih menginginkan hidupnya rumit. Secara sederhana pola hidup bisa dibuat simpel sejak awal.

Misalnya, pasangan baru menikah akan mulai memikirkan daftar barang yang harus dibeli, sehingga rasa cemas dan khawatir lebih duluan muncul di pikiran.

Ketika barang sudah dimiliki, ada banyak benda yang sebenarnya tidak digunakan kecuali 1 kali dalam seminggu. Akhirnya, segala sesuatu yang awalnya sederhana bisa dengan mudah menjadi ribet.

Pola seperti ini tanpa sadar diwarisi oleh anak-anak yang hidup dalam rumah yang sama. Dalam pikiran bawah sadar akan terbentuk 'keharusan' memiliki barang ini dan itu tanpa mengedepankan nilai kegunaan.

Contoh sederhana lainnya, pasangan yang baru mendapat momongan akan lebih gampang menghabiskan duit untuk membeli begitu banyak mainan yang tidak begitu dibutuhkan anak. 

Pertanyaannya, apakah anak memang membutuhkan mainan tersebut atau hanya sekedar menumpuk saja biar anak lalai? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun