Berbagi kepada orang lain adalah perilaku yang sangat positif. Mudah berbagi juga identik dengan pembiasaan dari kecil, namun di umur berapakah anak siap untuk belajar arti berbagi?
Kemampuan anak memahami sekitar berkembang perlahan seiring umur bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan tumbuh kembang pada setiap anak dan ini NORMAL.
Jika ada dua orang anak yang sedang bermain, yang satunya berumur 2 tahun dan satunya lagi berumur 3 tahun, lantas keduanya saling berebut mainan dan satu sama lain tidak mau mengalah. Apakah hal ini wajar? Jawabannya, Sangatlah wajar.
Umur 2-3 tahun fokus anak masih terpusat kepada perasaan mereka sendiri. Artinya, anak pada usia ini belum mampu menempatkan diri pada posisi orang lain karena mereka masih dalam tahap memahami dirinya sendiri.
Ketika seorang anak berusia 3 tahun mengambil mainan di tangan anak berusia 2 tahun, ini bukan berarti anak pelit atau tidak mau berbagi. Pada tahap ini anak masih berpikir tentang dirinya dan belum mampu memahami perasaan orang lain.
Oleh karena itu pada umur 1-3 tahun anak perlu dipahami dengan baik, diberi kasih sayang, disayangi dan dirangkul. Kenapa? karena selama tiga tahun ini anak memahami tentang dirinya sendiri?
Apa yang terjadi saat anak tidak mendapat kasih sayang yang cukup di umur 1-3 tahun? Maka mereka akan sangat sulit untuk memahami perasaan orang lain saat dewasa. Anak-anak menjadi pribadi yang fokus pada dirinya sendiri dan condong mengabaikan sekitar.
Kapan anak siap untuk diajarkan berbagi?
Nah, menurut penelitian rentang umur 3.5-4 tahun adalah waktu yang tepat untuk mulai mengajarkan anak cara berbagi. Namun, cara mengajarkan anak juga harus diawali dengan sesuatu yang mudah dipahami anak.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua adalah sebagai berikut:
1. Saling Bergantian Bermain
Saat anak bermain mereka akan memilih mainan yang mereka suka. Memberikan arahan diawal akan membantu anak untuk belajar berbagi jenis mainan.Â
Misalnya, saat dua anak saling bermain, tentukan jenis mainan yang diinginkan dengan memberikan ketentuan jenis mainan apa yang bisa dipegang oleh siapa dan kemudian boleh bergantian.
Dengan cara seperti ini anak akan perlahan mengerti nilai berbagi dengan saling bertukar mainan. Tentunya cara ini perlu supervisi oleh orangtua 2-3 kali dengan mengawasi anak. Ketika mereka sudah terbiasa makan anak akan dengan mudah bertukar mainan tanpa diminta.
2. Pahami Perasaan Anak
Ketika dua anak saling berebutan mainan maka jangan langsung memarahi anak atau menyalahkan salah satunya. Ini sering terjadi dikalangan orangtua yang langsung memberi istruksi tanpa memahami kondisi emosi anak.
Anak yang lebih tua belum tentu sudah memahami etika berbagi. Oleh karena itu meminta anak yang lebih tua menyerahkan mainan ke anak yang lebih kecil tidak selamanya benar.
Hal yang paling bijak adalah mendekati kedua anak dan bertanya dengan baik sambil tersenyum kenapa mereka saling berebut mainan. Dengan cara seperti ini biasanya anak akan menjawab dengan jujur.
Setelah memahami alasan kedua anak, berikan pilihan yang tepat dan bijak. Sebagai contoh, berikan mainan kepada anak yang lebih dahulu mengambil dan berikan jatah bermain beberapa menit.
Kemudian berikan arahan agar anak menyerahkan mainan ke temannya setelah ia selesai. Selain belajar tentang nilai kecepatan, anak juga akan perlahan memahami cara berbagi mainan dengan bermain bergantian.
Ketika seorang anak dihargai perasaannya, maka ia akan rela meyerahkan mainannya kepada yang lain saat diminta. Tapi, jika orangtua terlanjur menyalahkan atau memarahi, maka perasaan mereka akan terluka dan ini akan tersimpan di memori bawah sadar mereka.Â
3. Arahkan Anak untuk Mencari Solusi
Dalam beberapa kondisi, anak perlu didekati dengan cara bertanya agar mereka mampu berpikir dan mencari solusi. Misalkan, saat mainan cuma tersedia satu, maka tanyakan bagamaina agar teman satunya juga bisa dapat gilaran.
Dengan begitu, anak akan terfokus untuk mencari alternatif lain yang bisa membuat kreativitas mereka terpacu. Menyalahkan atau memarahi anak karena berebut mainan hanya akan membuat emosi mereka tidak stabil.
Cara terbaik adalah mengajak mereka untuk berpikir kreatif akan solusi yang mungkin didapat dengan cara bertanya. Anak akan belajar untuk memikirkan solusi dan pada akhirnya akan membangun ketertarikan pada sesuatu yang mereka temukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H