Saat mereka sudah mulai besar, ajak mereka terlibat dalam rumah semisal cuci piring, menyapu dan hal-hal mendasar yang lainnya yang perlu dibentuk.
Jiwa kepemimpinan dibentuk dari nilai kedisiplinan. Anak laki-laki harus dibiasakan untuk hidup teratur. Berikan apa yang mereka perlukan sesuai kebutuhan.Â
Jangan membiarkan anak laki-laki hidup tanpa nilai. Ajari mereka nilai waktu dengan jam tidur yang teratur dan bangun lebih awal serta aktivitas yang positif.
Ajak anak laki-laki untuk terlibat dalam rumah tangga. Mereka harus belajar nilai membantu agar rasa empati terbentuk. Sebagai laki-laki, mencuci piring itu bukanlah hal memalukan. Ketika Besar nanti saat ibu sakit atau saat menikah istri sedang sakit, siapa yang akan membantu? Tentunya sebagai laki-laki ini hal yang harus diwarisi, bukan sekedar harta saja yang diwarisi.
Saya pernah suatu ketika mendengar curhatan seorang anak laki-laki yang saat itu tidak mampu membayar biaya kursus.Â
Kebetulan saat saya tawarkan beasiswa, ia bercerita bahwa sebenarnya ia anak seorang pengusaha kaya di sebuah kabupaten.Â
Lalu, Saya bertanya menapa ia tak mampu membayar. Singkat cerita, ia pun bercerita panjang bahwa saat kecil ia dibiasakan santai dan sangat dimanja.Â
Segala kebutuhan disediakan, sampai bangun tidur pun dibiarkan terlambat tanpa ditegur. Kebiasaan ini terus berlanjut sampai dewasa. Hal yang sama juga berlaku bagi adik-adiknya yang kebetulan semua laki-laki.
Tiba lah saat musibah datang. Sang ayah ditimpa musibah sakit yang mengharusnkannya istirahat. Usahanya pun terbengkalai tanpa ada yang mengurus. Perlahan omsetnya menurun drastis karena biaya operasional yang besar tak dapat dibendung. Saat itu anak laki-lakinya tidak bisa membantu apa-apa.
Sampai lah keluarga ini pada titik terendah, di mana hampir seluruh harta terkuras untuk berobat dan usahanya mulai tak terkontrol.Â
Mulailah anak laki-laki ini sadar karena umurnya yang tidak lagi kecil. Keperluannya tak lagi bisa dipenuhi orangtua, sementara ia sedang merantau di kota.