Saat ijab qabul terucap, seorang laki-laki mulai memikul tanggung jawab baru. Sebuah bahtera keluarga mulai terbangun dan berbagai macam cobaan akan muncul secara beriringan.Â
Banyak yang berpikir bahwa perjalanan pernikahan baru akan dimulai saat buah hati hadir. Padahal perjalanan itu dimulai tepat saat ijab qabul terucap. Bagi seorang suami, tanggung jawab memberikan nafkah baik lahir maupun bathin menjadi acuan pertama, sementara seorang istri berusaha menjalankan perannya sebagai asisten rumah tangga.Â
Membangun keluarga baru bukan perkara mudah, terlebih bagi dua orang yang hidup dengan pola berbeda. Saat bersatu dibawah atap keluarga, perbedaan itu harus dihilangkan agar tidak menimbulkan konflik internal. Belum lagi perbedaan yang timbul dari cara hidup dikeluarga akan mudah sekali memicu percikan api kecil. Jika pasangan tidak mempersiapkan "air" maka percikan api akan mulai membakar bahtera keluarga yang baru dibangun.Â
Persiapan matang pra-nikah adalah kunci bertahannya sebuah pernikahan. Persiapan yang saya maksud meliputi pemahaman tanggung jawab masing-masing sesuai perannya sesudah ijab qabul terucap.Â
Masalah finansial bukanlah persoalan utama dalam rumah tangga. Malah mereka dengan finansial yang cukup mudah sekali mengakhiri sebuah pernikahan yang baru dibangun. Masalah utama dalam rumah tangga adalah bagaimana seorang suami memahami perannya terhadap istri dan juga sebaliknya.Â
Kewajiban suami bukan hanya berkutat pada kemampuan memberi nafkah, namun juga kemampuan membimbing istri dalam segala aspek kehidupan termasuk hal agama.Â
Dalam rumah tangga perlu ada kerjasama antar keduanya. Peran suami dan peran istri akan lebih ringan saat keduanya saling membantu. Jika suami diibaratkan direktur perusahaan maka istri adalah asistennya. Jika keduanya bekerjasama tentunya perusahaan akan semakin maju dan mendapat "profit" yang besar.Â
Berbagi peran adalah kunci meringankan beban dalam rumah tangga. Saat istri dalam keadaan penat dengan segala pekerjaan rumah tangga, suami bisa memberikan bantuan untuk sama-sama terlibat. Tentu pekerjaan rumah yang banyak akan terasa ringan saat dua orang saling bertukar tugas.Â
Anak dapat belajar dari orangtua
Saat suami istri saling membantu, anak akan melihat contoh yang baik. Memori yang tertanam dalam diri seorang anak akan membawa pelajaran berharga bagi mereka ketika besar. Jika anak laki-laki hanya melihat ibunya yang menyuci dan menyapu sedangkan ayah hanya duduk santai, maka kelak ia akan melakukan hal yang sama saat menjadi suami. Namun jika ia melihat ayah dan ibu saling membantu di dapur tentu ketika berumah tangga ia akan mewarisi sifat yang sama.Â
Pendidikan karakter hakikatnya hadir melalui contoh. Karakter anak mulai terbentuk dari apa yang mereka lihat sehari-hari. Hal-hal sederhana seperti menjaga kebersihan, saling membantu dalam tugas rumah, bertukar tugas buang sampah, membantu ibu di dapur, membantu ayah membersihkan pekarangan adalah sederetan pendidikan karakter yang tumbuh dari saling melengkapi.Â
Kenapa Harus Saling Membantu?Â
Wanita akan sangat merasa senang jika dibantu. Beban rumah tangga yang terlalu besar akan membuat emosi wanita tidak stabil. Saat emosi tidak stabil akan mudah sekali membuat percikan api yang bisa menyebar ke hal lain.Â
Bahkan, saat emosi tidak stabil anak akan kena imbasnya. Jika itu terjadi maka pendidikan karakter anak akan terganggu. Namun, jika keduanya saling membantu, emosi negatif akan berkurang.Â
Perbedaan cara berpikir antara pria dan wanita menciptakan cara pandang yang berbeda. Umumnya wanita melibatkan perasaan namun pria lebih mengandalkan logika dalam menghadapi sesuatu.Â
Wajar saja jika tidak saling memahami maka percikan api bisa muncul. Hal kecil bisa jadi besar jika ego dikedepankan. Saling berbagi tanggung jawab juga bermanfaat untuk melatih pasangan untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda.Â
Sebagai gambaran, saat seorang pria menyapu, menyuci, mengepel, atau memasak, ia akan melihat dari sudut pandang wanita karena merasakan apa yang sedang dilakukan.Â
Begitu juga bagi seorang wanita, saat ia membantu suami ia juga akan mendapat sudut padat pria. Hal ini sangat berguna untuk melatih kesabaran dan keikhlasan. Untuk jangka panjang, saling membantu akan meringankan tugas dan juga mempertahankan bahtera rumah tangga.Â
Intinya, saat hidup di atap yang sama, baik suami atau istri harus saling meringankan tangan dalam segala hal. Kerjasama yang baik akan membuahkan suri tauladan bagi buah hati. Pendidikan hakiki selalu dimulai dari rumah, dari contoh yang baik oleh kedua orangtua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H