“Kak, apa yang tadi kaka omongin sama mas Parman beneran?” Tanya Neli padaku saat kami mengambil makanan “Ehm, becanda Nel. Emangnya kalau beneran kamu mau? Haha” Tawaku sambil menyendokkan nasi di hadapanku “Ya Neli sih mau aja, kebetulan Neli belum ada calon hehe” “Yaudah urusan gampang itu. Nanti bisa diomongin lagi kok, yang penting sekarang kita makan dulu” “Ehm iya kaa”.
Waktu di jam tangan kiri ku sudah menunjukkan pukul 9 malam, sudah saatnya aku pulang dan berpamit deng Parman dan Vita. Aku kembali menemui mereka untuk pamit pulang ditemani Neli adik Parman. “Man, Vit aku pulang dulu ya, terimakasih banyak sudah mengundangku malam ini” “Iya sama-sama Har, makasih banyak juga ya udah datang. Secepatnya kita nongkrong bareng lagi ya. Neli, kasih nomer hp mas ke ka Anhar ya” “Iya ka” Jawab Neli yang sedang berdiri di sampingku” “Yaudah pulang dulu ya Man, Vit, semoga bahagia selalu sakinah, mawadah, dan warohmah. Semoga cepet dapet momongan juga” “Aamiin makasih banyak ya Har” Balas Vita dengan senyuman lembut di bibirnya.
Sesudah pamit dengan kedua mempelai pengantin, kini giliran ku berpamitan dengan adik Parman, Neli. Yang nampaknya memiliki ketertarikan denganku yang ia tunjukan sepanjang malam ini selama menemaniku di pernikahan kakak tercintanya. “Nel aku pulang dulu ya” “Iya ka, eh ini nomer mas Parman” Sambil menyodorkan hpnya ke arahku yang telah tertuliskan 12 digit angka di layarnya “Eh iya sampe lupa, nomor mas mu doang nih Nel, nomor kamu ga sekalian? Hehe” Candaku sambil menyali nomor yang tertera di hp Neli “Oh iya ka, boleh kok boleh hehe. Nomor masnya udah kan? Nih nomor hp ku ka. Di sms ya, jangan Cuma di simpen. Hehe” “Iya Nel, ku telfon malah siang malam kalau perlu. Yasudah udah semua kan? Ka Anhar pulang dulu yaa. Assalamualaikum” “Waalaikumsalam, sampai ketemu lagi ya ka” Balas Neli sambil melambaikan tangannya dan tersenyum manis ke arahku.”
Sepanjang perjalanan ku kembali ke rumah hanya senyuman yang terhias di wajahku. Memikirkan kejadian hari ini lagi dan lagi membuatku bersyukur bisa kenal dengan lelaki kurus berkumis tipis yang dulunya tinggal di sudut kota Jakarta, Karet. Tiga tahun pengalaman hidup yang tidak pernah ku lupakan dalam hidupku, ribuan pelajaran yang telah ia ajarkan pada ku membuat aku menyadari betapa indah dan lucunya hidup ini.
Mengenal sosok Parman Arifin, B.E, M.R.E bukan lah suatu ketidak sengajaan, bukan juga kecelakaan, namun merupaka tulisan indah yang telah direncanakan oleh Sang Maha Kuasa. Kini ia telah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang pintar dan mapan. Tubuh kurusnya telah tergantikan dengan banyaknya lemak dalam tubuhnya yang menunjukkan kesuksesan dalam hidupnya. Kumis tipis di wajahnya telah tergantikan dengan jenggot tebal pada dagunya yang menunjukkan betapa taatnya ia mengamalkan sunnah Rasul. Wanita cantik, pintar, dan sholehah telah ia gandeng untuk menemani sisa hidupnya. Tak banyak yang bisa aku balas atas pelajaran hidup yang telah ia berikan padaku. Hanya harapan agar ia senantiasa bahagia di kehidupan ia selanjutnya. Kini saatnya aku memulai kehidupanku dengan Neli, adik Parman. Jodoh siapa yang tahu?
SELESAI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI