Dengan manfaat finansial, teknologi, dan perdagangan yang ditawarkan, forum ini dapat menjadi landasan bagi strategi ekonomi Indonesia dan selaras dengan tujuan ekonomi hijau. Indonesia perlu menentukan sikap tegas dalam memastikan bahwa keanggotaan BRICS+ mampu membawa kebaikan jangka panjang bagi kepentingan nasional, namun tetap berpegang pada Politik Bebas dan Aktif.
Kesempatan untuk membiayai pembangunan dan ekonomi hijau Indonesia melalui NDB dan AIIB ini adalah alternatif dari institusi-institusi Breeton Woods, seperti Bank Dunia dan IMF. Bagi negara-negara BRICS+, institusi-institusi tersebut didominasi oleh negara-negara kuat pasca-Perang Dunia (PD) II, seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Jepang.
Diversifikasi pengambilan keputusan di NDB dan AIIB ke negara-negara berkembang menunjukkan multipolarisme kepemimpinan global yang tidak hanya berpusat di negara-negara kuat pasca-PD II.
Hal ini amat baik bagi Indonesia karena berada di BRICS+ dan G-20 menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar melaksanakan Politik Bebas Aktif. Negara besar ini dapat berteman dan merangkul semua pihak dalam tatanan kepemimpinan dunia.
Menggaungkan kembali semangat Politik Bebas Aktif dan Non-Blok sebagaimana spirit Konferensi Asia Afrika di Bandung 1955 adalah panggilan sejarah yang tak bisa diabaikan. Di konferensi itu, Indonesia dan negara-negara Asia-Afrika berdiri bersama, menyerukan dunia yang lebih adil dan berimbang. Bergabung dengan BRICS+ adalah kesempatan untuk menghidupkan kembali idealisme tersebut untuk menunjukkan bahwa negara-negara berkembang bisa bersatu dan berdaulat dalam menentukan masa depannya.
Bergabung dengan BRICS+ juga dapat menjadi langkah besar bagi Indonesia menuju ekonomi yang lebih hijau, lebih tangguh, dan beragam. Namun, keanggotaan ini mesti disokong oleh komitmen hijau yang kuat.
Dengan modal keanggotaan ini, Indonesia tidak hanya akan memperoleh keuntungan ekonomi, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa berjalan beriringan dengan agenda ekonomi berkelanjutan. Indonesia juga dapat memimpin dan menjadi model yang baik untuk hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H