Takut merupakan respons afektif terhadap ancaman yg akan segera terjadi (Delgado, Olsson, & Phelps, 2006; Ferrari, 1986). Keadaan emosi dasar misalnya rasa takut akan membentuk seperangkat stereotip yg sempit tanggapan yg sangat saling terkait & unik berdasarkan emosi lainnya. Pada bayi & anak-anak, rangkaian tanggapan ini termasuk ketakutan ekspresi diri wajah (misalnya, mengangkat alis & kelopak mata, lisan menganga terbuka), menangis atau negatif vokalisasi, perubahan fisiologis misalnya detak jantung yg dipercepat, & penghindaran perilaku (Izard, 2007).
*PEKEMBANGANFEAR PADA ANAK
Mengambil perspektif yg terakhir, muncul, buat mendeskripsikan perkembangan perilaku ketakutan, beropini bahwa data perkembangan biasanya mendukung gagasan bahwa ketakutan merupakan sistem multikomponen yg membutuhkan langkah-langkah konvergen buat secara seksama mengenali. Memang, nir terdapat satu pun konduite yg ditemukan secara tangguh & niscaya memberitahuakn kehadiran rasa takut dalam spesies apapun (Marks, 1987), & penelitian sebelumnya hanya mendukung hubungan yg lemah antara konduite, fisiologis, &, dalam orang dewasa, berukuran laporan diri kategori emosi, termasuk ketakutan (Barrett, 2006; Lewis, Brooks, & Haviland, 1978).
Lang (1968) mengemukakan bahwa emosi termasuk ketakutan terdiri berdasarkan 3 respon utama:
sistem, termasuk perasaan subjektif & kognisi (respon ekspresi atau kognitif), konduite perubahan (penghindaran & efek negatif), & perubahan fisiologis. Dalam evaluasi ketakutan spesial yg didesain buat bayi & anak kecil, ketakutan acapkalikali dicermati menjadi profil tanggapan yg meliputi tindakan aktualisasi diri paras negatif (baik kehadiran & intensitas), perindikasi-perindikasi ketakutan tubuh (misalnya, tegang otot, beku, gemetar), respon kaget,vokalisasi kesusahan (misalnya, rewel, menangis), & mencoba melarikan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H