Mohon tunggu...
Masyanda haniaputri
Masyanda haniaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyanda hania

Masyanda hania Pisces

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anger dan Fear

30 Oktober 2022   12:05 Diperbarui: 30 Oktober 2022   12:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* PENGERTIAN ANGER

Anger atau marah bisa diartikan menjadi ekspresi wajah yang berhubungan dengan pola perilaku yang ditandai dengan ketegangan tubuh, punggung melengkung, alis berkerut, & bentuk ekspresi persegi (Alessandri, Sullivan, & Lewis, 1990; Izard, 1977). Ketika perasaan marah tadi terjadi dalam anak maka ekspresi  diri marah bisa diartikan secara luas menjadi dampak berdasarkan gangguan psikis atau fisik pada kegiatan yg bersangkutan. Perspektif fungsionalis emosional ini mempunyai tujuan supaya beliau bisa mengatasi masalahnya buat mencapai apa yg diinginkannya. Dengan adanya perasaan marah anak bisa memotivasi dirinya sendiri sebagai akibatnya bisa lebih dekat menggunakan asal kemarahannya terbukti bahwa menaruh hal tersebut peningkatan perilaku & motivasi penghargaan (Carver & Harmon-Jones, 2009; Harmon-Jones , 2007; Harmon-Jones, Harmon-Jones, Abramson, & Peterson, 2009; Van Honk, 2009). , Harmon-Jones, Morgan & Schutter, 2010). Harmon-Jones & Allen (1998) menemukan bahwa kemarahan dikaitkan menggunakan peningkatan kegiatan lobus frontal kiri, & penurunan kegiatan lobus frontal kanan selama istirahat basal pula bisa dikaitkan menggunakan konduite pendekatan secara umum.

*FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGER

- FAKTOR BIOLOGIS

Faktor-faktor ini bisa dikendalikan menggunakan beberapa macam cara termasuk genetik, saraf, kardiovaskular atau disparitas individu terkait penyakit pada ekspresi & kemarahan. Bahwa dampak fisiologis dalam orang menggunakan pola yg tidak sama berdasarkan kegiatan saraf terkait kemarahan sudah ditunjukkan menggunakan pendekatan kemarahan & motivasi yg terkait menggunakan peningkatan kegiatan korteks frontal kiri & penurunan kegiatan korteks frontal kanan (Harmon-Jones & Allen, 1998; Harmon-Jones & Sigelman, 2001).
Faktor kemarahan secara genetik ditentukan sang kuatnya dampak sifat ayah atau ibu dalam anak. Oleh karenanya sifat marah ini lebih ditentukan ayah daripada ibu . Meniru kemarahan ibu membantu anak mengendalikan amarahnya sedangkan meniru kemarahan ayah menciptakan anak sulit mengendalikan amarahnya. Di depan anak-anak apabila ayah mempunyai kepribadian yg pemarah maka umumnya dia menerapkan pola asuh yg otoriter. Di sini anak-anak wajib mematuhi anggaran yg ditetapkan & dieksekusi apabila mereka mematuhinya. Pendidikan semacam ini jelek buat anak lantaran mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri. Sama misalnya anak mini yg melampiaskan amarahnya dalam hal-hal pada sekitarnya.

- FAKTOR LINGKUNGAN

Faktor lingkungan tadi bisa mempengaruhi  perkembangan emosi anak semenjak dini hal ini bisa ditimbulkan karena lingkungan tempat tinggal & keluarga, sekolah, & masyarakat. periode perkembangan lebih gampang buat ditiru. Orang tua, menjadi peran penting yg  dibicarakan pada komunitas pendidikan, keterlibatan orang tua & guru memudahkan pada mengatur dorongan yg sempurna buat perkembangan anak.

* FUNGSI ANGER

  • Perilaku Eksternalisasi
  • Menginternaisasi Perilaku
  • Penyesuaian Akademik
  • Kesehatan fisik

* PEKEMBANGAN ANGER PADA ANAK 

Pada tahap perkembangan ini, anak belum mampu mengendalikan atau mengekspresikan kemarahannya, dan kemarahan ini relatif rendah pada masa kanak-kanak, tetapi kemudian memuncak pada masa kanak-kanak dan dewasa awal, meningkat di kemudian hari dan di tahun kedua kehidupan. sebelum mencapai usia 20 tahun (Braungart-Rieker) et al., 2010; Denham et al., 1995. Putnam dkk., 2006). Anak-anak sering membuat ulah ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan, seperti ketika anak yang marah mencoba untuk mendapatkan mainan yang dicuri teman dari mereka, kemampuan untuk mengekspresikan kemarahan yang berkurang dalam frekuensi, durasi, dan intensitas sejak masa bayi. ke anak usia dini. Rata-rata tingkat kemarahan tidak berubah selama pertengahan masa bayi, tetapi meningkat lagi selama pra atau remaja. Misalnya, dianggap normatif bagi remaja yang sering menampilkan ekspresi marah seperti marah, benci, dan tantrum, terutama bagi orang tua yang perlu menenangkan amarahnya.
 

* PENGERTIAN FEAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun