Mohon tunggu...
Tunjung Eko Wibowo
Tunjung Eko Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Berdamai Dengan Hati dari belajar menulis, membaca dan mencintai diri sendiri pasca pensiun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghapus Pilihan Ganda Menjadi Esai, Lompatan Ide dalam Kurikulum Merdeka?

19 September 2023   14:09 Diperbarui: 20 September 2023   04:16 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Menjawab Soal. (Sumber: AFP/Jung Yeon-Je via kompas.com)

"Pencapaian dalam belajar tidak akan putus sebelum akhir hayat" (Tunjung EW)

Dunia pendidikan di Indonesia baru trending, belum hilang tentang skripsi dan non skripsi kini muncul pilihan ganda (multiple choice) dan uraian (essay). Sepekan ini kita di ajak untuk berpikir sejenak dengan pernyataan yang muncul dari Maudy Ayunda. 

Sosok pesohor yang boleh dikata cukup pandai dan cerdas diantara beberapa pesohor lainnya. Apa yang di sampaikan Maudy Ayunda, perihal dunia pendidikan di Indonesia pada sebah sesi wawancara. Dalam pertanyaan tsb bagaimana seandainya dia (dalam hal ini Maudy) sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Seperti yang di katakan Maudy Ayunda salah satu point yang disampaikan dan menjadi perbincangan adalah, salah satu yang paling penting diubah dalam pembelajaran adalah penilaian terhadap hasil belajar. 

Maudy mengaku dari ujian yang diterapkan, bisa sangat berdampak pada cara belajar mengajar di sekolah antara guru dan murid. Ini juga akhirnya berdampak kepada para orang tua. 

Lebih baik anak-anak memiliki pemikiran yang kritis dibanding hanya menjadi penghapal saja. Hal ini tentunya merujuk pada kemauan Maudy Ayunda untuk menghapus soal pilihan ganda. 

Dia lebih memilih para pelajar di Indonesia bisa mengisi soal-soal esai. Pokok permasalahannya adalah akan menghapuskan pilihan ganda.

Hal yang disampaikan itu menimbulkan pro dan kontra, baik bagi masyarakat, guru dan tidak sedikit para pesohor, politikus ikut nimbrung dalam hal tsb.

Saya tidak akan terlalu jauh dalam dikotomi pilihan ganda, essay dsb. Saya berpandangan dari diri saya sebagai warga biasa dengan lingkungan keseharian dari belajar anak saya dan yang selama ini saya alami.

Dunia pendidikan di Indonesia jika saya amati masih belajar secara terus menerus untuk mencari formula yang tepat untuk pendidikan di Indonesia. 

Hal ini selalu tertuang dalam perkembangan setiap kurikulum, walaupun perubahan kurikulum tsb tergantung dari perubahan pemangku jabatan dan pengambil kebijakan. Karena kita pernah mengalami kurikulum berbagai era(era dimana saya alami).

Kurikulum di Indonesia

Saya mengambil dari perjalanan kurikulum yang pernah saya terima dan saya amati. Karena sebelum 1975 tentu sudah ada acuan kurikulum untuk pendidikan.

Kurikulum 1975, yaitu kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective).

Kurikulum 1984 dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Yang biasa disebut dengan kurikulum yang disempurnakan. Polanya hampir mirip dengan kurikulum 1975, namun ada catatan yang bagus yaitu berdiskusi antar kelompok.

Kurikulum 1994 (perpaduan antara kurikulum 1975 dan 1984). Yang biasa disebut dengan kurikulum yang disempurnakan. Namun dalam prakteknya kurikulum ini berat untuk siswa. 

Karena mulai ada penambahan pelajaran muatan nasional dan tambahan muatan lokal untuk bahasa daerah, ketrampilan dan kesenian. Hal ini juga menimbulkan kritik dari berbagai lapisan.

Kurikulum 2004 (dengan basis KBK atau  Kurikulum Berbasis Kompetensi). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.

Kurikulum 2006 (KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Hal ini pemerintah menerapkan standadr pendidikan. 

Serta pihak guru harus mampu menyususn silabus untuk pengajarannya berdasarkan kondisi masing-masing daerah. Sehingga antar daerah bisa terjadi ketimpangan atas kwalitas satuan pelajarannya.  

Kurikulum 2013 (kurikulum yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika). Dalam kurikulum ini juga menonjolkan tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.

Pro Kontra dalam Sebuah Pandangan

Saat ini untuk kurikulum 2013 masih diterapkan walupun mulai menjajagi dengan sebutan kurikulum merdeka. 

Sebenarnya apa yang disampaikan oleh Maudy tsb adalah gambaran pola dari kurikulum merdeka tsb. Siswa di coba untuk eksplore dengan dunia yang di minati. Mampu menyampaikan apa yang menjadi ide siswa, argumen atas pendapatanya.

Dalam sebuah unggahan Maudy menyampaikan pandangannya sbb :

"Bisa dibilang pasti aku akan mengubah satu assessment itu karena filtering thru, akhirnya impacting the way that theacher teach, the way that students learn, the way that parents incentivize the kids,"

 "Aku pasti akan mengubah satu, assessment. Karena assessment itu filtering through akhirnya impacting the way that teachers teach, the way that student learn, and the way that parents incentivize their kids," kata Maudy Ayunda dikutip pada Minggu, 17 September 2023.

Ilustrasi Gambar dari Ebusaku
Ilustrasi Gambar dari Ebusaku

Dalam pandangan tsb ingin tentu saja sistem ujian di sekolah akan berubah, karena hal ini akan berpengaruh pada bagaimana cara guru mengajar, cara murid belajar, dan cara orang tua menyemangati anaknya.

Dalam assessment sebuah essay akan membuat siswa berpikir lebih terbuka dengan jawaban yang bervariasi. Mereka akan bereksplorasi atas pengetahuan yang telah di capainya. 

Sedangkan pilihan ganda atau multiple choice adalah memilih jawaban yang sudah di sediakan dengan pasti. Walaupun dalam membuat soal pilihan ganda juga memerlukan sasaran dan juklak toeri yang di persempit atau di ringkas. 

Namun dalam pilihan ganda bukan hanya tentang hapalan tetapi juga perlu penalaran. Untuk soal pilihan ganda juga memerlukan soal yang cukup banyak. Sehingga dalam memberikan koreksi penilaian juga cukup memakan waktu. 

Untuk membuat soal memerlukan waktu yang panjang, namun jawabannya hanya dalam hitungan menit. Sehingga ini terkadang jawaban anak bukan mengeksplore tapi belajarnya lebih banyak menghapal.

Jawaban pilihan ganda terkadang ada jawaban yang justru bukan yang sebenarnya. Itu salah satu kelemahannya, sehingga siswa di paksa memilih sebuah jawaban yang masih salah, bukan berarti salah. 

Karena sebenarnya ada jawaban yang lebih tepat lagi. Karena soal pilihan ganda yang hanya membuat murid menghapal saja. Dalam pilihan ganda juga harus ada kaidah-kaidah positif dan negtif baik dari soal maupun jawabannya. Soal juga harus logis dapat diterima siswa yang akan menjawabnya.

Sebuah pertanyaan dengan jawaban uraian atau essay dapat melatih siswa untuk lebih berpikir kritis dan melakukan analisis lebih mendalam, daripada soal pilihan ganda. Dari  essay tsb siswa juga  mampu menguraikan, menjelaskan, membandingkan hingga menemukan sebuah kesimpulan. 

Untuk soal dengan jawaban essay juga tidak perlu banyak soal, tetapi harus mencakup secara keseluruhan dari sebuah mata pelajaran yang telah di ajarkan. Hal ini bisa mendorong siswa untuk berani berpendapat dan mengungkapkan ide baru yang timbul.

Penilaian untuk soal yang berbentuk essay juga harus mempertimbangakan beberapa hal seperti penentuan bobot skor, pemeriksaan jawaban tidak melihat identitas siswa untuk meminimalisir unsur subjektivitas, dan melakukan pemeriksaan jawaban dengan detail.

Nah dari sini, saya berkesimpulan bahwa melihat fenomena saat ini. Memang cukup tepat relevansinya dalam menghilangkan pilihan ganda menjadi jawaban essay. 

Hal ini sejalan dengan makin rendahnya minat literasi di negara kita. Seperti  yang di beritakan oleh Kompas.id melaui Harin Kompas bahwa negara maju saat ini mulai kembali membiasakan teks cetak dan tulis tangan. 

Jadi essay bagi sebagian negara maju masih cukup baik. Jadi tidak heran jika  mereka lebih mampu dalam berargumen, menulis jurnal dan literasinya lebih baik.

Ya, begitulah dalam sebuah keinginan ataupun pendapat akan mengandug sebuah pro kontra. Dalam hal ini saya memang lebih cenderung suka essay. Karena kita akan lebih banyak keingin tahuan secara lebih luas. 

Bisa berargumen dan menyampaikan pendapat secara komprehensif. Sehingga siswa  akan tahu kelemahan dan kelebihan dirinya. Untuk bidang eksak yang dianggap ilmu pasti juga ada beberapa penjabaran yang menghasilkan jawaban yang sama.

Tetapi hal itu juga harus menjadikan guru harus lebih kreatif dan mampu berkolaborasi dengan baik. Sehingga hal-hal itu juga bisa membantu guru mengerjakan sisi administrasi lainnya selain mengajar(katanya pekerjaan administrasi lebih banyak).

Kalau benar-benar essay ini di terapkan maka perlu pendekatan sampai tingkat paling dasar. Perlu diskusi atau debat dengan para guru, akademisi, dan pihak terkait lainnya termasuk masyarakat(orang tua siswa). Sehingga bisa di bahas sistematis, teknik, regulasi kebijakannya, dan hal yang berkaitan.

Semoga pendidikan dan pemerataan pendidikan di negara kita lebih baik lagi kedepannya. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun