"Manusia akan diingat dari adab dan karyanya"
Indonesia berada di nomor 62 dari 70 negara untuk peringkat literasi (literasi baca tulis), Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). (Sumber : Bisnis UMKM.com).
Diantara negara-negara ASEAN Indonesia berada di peringkat paling rendah dan hanya 62% untuk tingkat literasi digital di banding negara lain. Yang indeksnya sudah mencapai 70%. (Sumber : CNBC Indonesia).
Apakah memang benar daya literasi di Indonesia baik baca tulis memang benar-benar rendah. Namun, kita tidak serta merta mengiyakan, karena kita harus mencari tahu apa sebab daya literasi kita begitu rendah. Banyak peran dan hal yang saling berkaitan. Antara lain akses dan kemudahan dalam penyebaran buku bacaan, Minimnya bacaan yang berkwalitas dan bumbu media yang kurang mendidik dan hanya di suguhi hal-hal yang instan. Â
Dari sisi lain adalah komunitas-komunitas literasi juga di hadapkan dalam kesulitan dalam persetujuan karya, serta distribusi hasil karya. Dalam era saat ini yang serba teknologi, membuat komunitas literasi berusaha untuk mengikuti jejak tsb. Agar tetap menjadi sebuah gerakan yang mampu menjangkau di lingkungan masyarakat.
Peran Komunitas Menulis
Era digitalisasi media telah mengubah lanskap dunia literasi dan penulisan secara signifikan. Dulu, menulis dan menerbitkan karya memerlukan proses yang panjang dan mahal, namun saat ini dengan hadirnya teknologi dan internet, siapa pun dapat menjadi penulis dan menerbitkan karyanya dengan lebih mudah. Di tengah revolusi ini, komunitas menulis memiliki peranan penting dalam membentuk, mendukung, dan menginspirasi penulis-penulis baru serta memperkaya dunia sastra secara keseluruhan.
- Pada dasarnya komunitas menulis memberikan dukungan dan tempat berbagi pengalaman di antara penulis-penulis yang berada dalam proses pengembangan karya mereka. Berada di lingkungan yang sejalan dengan minat dan aspirasi mereka memotivasi dirinya sebagai penulis untuk terus berkembang. Baik itu sebagai penulis amatir ataupun profesional.
- Komunitas ini juga menjadi wadah yang aman untuk saling memberi umpan balik konstruktif dan mendukung perjalanan penulisan mereka. Dengan adanya dukungan ini, penulis merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus mengeksplorasi ide-ide baru dan mengasah kemampuan menulis mereka.
Namun sejauh mana, ide dan hasil karya tersebut tersalurkan selama ini. Pernah suatu saat, di awal periode pimpinan Presiden Joko Widodo ada gerakan kirim buku gratis ke Indonesia Timur saat tanggal 17 Agustus. Tetapi saat ini redup lagi, kita tidak menutup mata. Karena payung hukumnya belum ada. Apakah biaya tsb dari Pos Indonesia atau dari instansi mana.
Sehingga tidak adanya kases yang mudah tersebut yang menjadikan salah satu kendala. Baik dalam penyebaran akan kebutuhan buku bacaan ataupun keinginan untuk lebih tahu tentang dunia baca tulis.
Sedangkan komunitas menulis yang ada saat ini masih di dalam lingkaran komunitas yang tertutup. Karena mereka masih bergerak di lingkungannya sendiri, belum mampu untuk melebarkan sayapnya.
Selain butuh biaya dan operasional yang tidak sedikit, juga komunitas menulis masih dianggap kelompok orang pintar dan berduit. Padahal dalam era digital saat ini, kita bisa memanfaatkan jaringan yang cukup luas untuk memperkaya pemahaman kita tentang literasi tsb.
Komunitas menulis memfasilitasi kolaborasi dan pertukaran gagasan. Dalam era digitalisasi, kolaborasi antarpenulis menjadi lebih mudah dengan adanya platform online seperti forum, grup diskusi, atau aplikasi berbagi tulisan. Melalui kolaborasi ini, penulis dapat belajar dari sudut pandang yang berbeda, memperkaya ide-ide mereka, dan mengembangkan karya yang lebih berkualitas.
Pertukaran gagasan juga mendorong inovasi dalam penulisan dan menghadirkan sudut pandang baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Selain itu, komunitas menulis berperan dalam mempromosikan kesetaraan dan inklusivitas dalam dunia literasi.
Dalam era digitalisasi, batasan geografis dan sosial semakin terkikis. Semua orang, tanpa memandang latar belakang atau lokasi geografis, dapat bergabung dalam komunitas menulis dan berbagi cerita mereka. Dengan begitu, cerita dari berbagai sudut dunia dan beragam latar belakang dapat didengar dan dihargai, yang pada gilirannya membantu mengatasi stereotip dan memperkuat pengertian lintas budaya.
Tak kalah pentingnya, peran komunitas menulis dalam era digitalisasi media adalah sebagai sumber inspirasi. Para penulis dapat menemukan inspirasi dari karya-karya sesama anggota komunitas, entah itu dalam bentuk cerita, puisi, atau artikel. Dengan memiliki banyak referensi dan teladan, penulis dapat meningkatkan kualitas tulisan mereka dan melampaui batasan kreativitas mereka sendiri.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa digitalisasi media juga membawa tantangan bagi komunitas menulis. Kemudahan akses dan cepatnya peredaran informasi seringkali memunculkan masalah seperti plagiarisme atau keaslian karya yang terancam. Namun, peran komunitas menulis dalam hal ini adalah untuk mendorong etika dan integritas dalam penulisan.
Mereka dapat berperan sebagai "penjaga etika" dengan menegaskan pentingnya menghormati hak cipta dan memberdayakan penulis untuk menjadi lebih sadar tentang permasalahan ini. Komunitas menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam era digitalisasi media. Mereka mendukung dan menginspirasi penulis, memfasilitasi kolaborasi dan pertukaran gagasan, mempromosikan kesetaraan dan inklusivitas, serta menjadi sumber inspirasi.Â
Dalam menghadapi tantangan yang ada, komunitas menulis dapat membentuk etika dan integritas dalam dunia penulisan. Dengan demikian, komunitas menulis menjadi katalisator bagi perkembangan literasi dan sastra di era digital yang semakin berkembang. Sehingga perkembangan sebuah karya, minat baca dan kemudahan akses perkembangan literasi mampu di tingkatkan.
Harapan yang saat ini berkembang dalam pemikiran komunitas penulis adalah penyebaran karyanya. Solusi yang paling solutif menurutnya adalah dengan pendekatan tentang kebermanfaatan literasi, karena ini kerja yang amat susah, butuh kesabaran dan ketekunan. Karena edukasi tidak hanya ke komunitasnya atau penggemar lama. Tetapi berangkat dari keluarga melalui orang tua, yang kita tahu, tidak semua orang tua melek akan ilmu pengetahuan.
Untuk budaya literasi negara kita, dengan berbagai cara semua harus yakin tanpa ada ragu bahwasanya kita Indonesia pasti mampu menciptakan generasi muda bangsa yang melek akan kemajuan, ilmu pengetahuan, dan literasi. Jangan pernah menyerah untuk tetap menulis, membaca dan menyebarkan suluh pengetahuan.
Pengambil kebijakan juga harus mampu menggandeng komunitas lain untuk bergerak bersama. Kolaborasi dengan penerbit agar karya tsb mudah di jangkau dalam memperbanyak hasil karyanya. Akses untuk penyebaran harus ada payung hukum yang bisa di terapkan pada saat moment-moment tertentu, bahkan berkelanjutan
Semoga bermanfaat, tulisan dari tukang kopi
Terimakasih Coffee And Tea Addict Writing Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H