Juga pusat perniagaan yang menjadi bertemunya pembeli dan pedagang di kala itu (seperti yang saya tuliskan sebelumnya). Sekitar area ini masih banyak bangunan tua yang secara turun temurun ataupun beralih ke orang lain sebagai tempat usaha maupun rumah tinggal. Berdasarkan tutur sejarah area tsb adalah pasar dan hingga keberadaannya berubah fungsi.
Setelah itu terdapat sebutan sebagai Pasar Bubrah. Saat ini selain sebagai taman juga sebagai area parkir para peziarah dan di sebut Alun-Alun Kulon Sedangkan untuk mengembalikan "keasliannya" tentu harus mendiskusikan berbagai pihak.
Rumah Toleh (Omah Toleh)
Di ceritakan oleh Bapak Fadloli dan Mas Nova Omah Toleh adalah sebuah bangunan yang cukup unik. Pemilik dari rumah ini sebagai pedagang dari kalangan Islam yang cukup sukses di kala itu. Bentuk bangunan era kolonial sangat terasa dengan pilar-pilar di bagian depannya. Sehingga setiap orang yang melewatinya akan menoleh ke arah bangunan tersebut, karena cukup megah di kala itu.Â
Rumah tersebut diperkirakan berdiri di awal tahun 1870-an. Mulai dari teras rumah sampai kedalam lantainya berupa marmer yang mewah. Setelah teras, ruangan pertama adalah ruang kantor di sisi kanan kiri, yang masih menggunakan kursi jaman dulu. Dari teras hingga ruang kantor terdapat jalan tengah lurus, yang kanan kirinya berupa ruang kamar. Dengan pintu dan jendela yang cukup besar.
Dasar pewarnaan adalah biru muda dan biru tua, dengan kode huruf "M" diantara sisi pilar dan dinding. Berdasarkan informasi huruf "M' tersebut adalah inisial nama dari pemilik yaitu Muhamad. Pemilik rumah itu adalah Haji Muhamad Abdoelah (Abu Bakar) Firdaus, seorang pedagang batik.Â
Model bangunan dengan corak Praire House memang cukup menonjol, sebagai keberhasilan seorang pengusaha. Dalam ruangan terdapat keramik-keramik kuno, interior-interior antik. Terdapat beberapa hiasan dinding kuno yang menggambarkan setua bangunan ini, sebagai contoh lukisan dan kain batik yang cukup khas di Kudus sampai sekarang.
Tak banyak yang dapat di gali dari eksistensi beliau kala itu. Untuk mengunjungi Omah Toleh ini harus ada janji dulu dengan keluarganya, karena tidak di buka untuk umum.
Ternyata kesunyian ini belum hilang, walaupun peradaban masa lalu sulit untuk di ungkapkan.
Terimakasih untuk Kerabat di Kelenteng Hok Ling Bio, Rumah Toleh, Bapak Goei Tjwan Gie, Bapak Fadloli, Kel. Haji Muhamad Abdoelah (Abu Bakar) Firdaus, Mas Imam Khanafi, Mas Rohmat Hidayatullah, Mas Nova David Ariyanto, Mas Yusak Maulana, Kopi Pojok dan teman-teman Cerita Kudus Tuwa.