Secara garis besar lagu Balonku dapat diinterpretasikan pada bagaimana kita bertumbuh dan berproses, hingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab serta kepedulian untuk menjadi contoh orang lain. Lagu ini juga menggambarkan suatu tahapan mendasar mengenai bagaimana sebuah tanggung jawab diemban oleh seseorang, mulai tahap identifikasi hingga menyiapkan langkah solusi atas permasalahan yang muncul. Jika memang balon hijau meletus dari hal lain dirinya akan merasa gagal menjaganya. Tetapi tidak bisa seratus persen kegagalan itu dari si pembawa balon.Â
Kegagalan bisa dari orang lain, sekali lagi karena kita manusia. Kalau penyebabnya manusia lain unsur kejujuran atas perbuatan itu yang di cari. Agar tidak terjadi interprestasi yang keliru, salah paham dalam menilai orang. Hal itu yang sering terjadi saat ini di lingkungan sekitar kita. Kejujuran adalah krisis dari manusia yang d hadapi bangsa ini.Â
Mental berbohong dan berdusta yang merajalela sebetulnya dari proses sederhana yakni tidak mau berbuat jujur. Jujur tidak semata-mata lawan kata dusta atau dalam kata lain hanya dalam tataran ujaran, namun jujur juga dapat dimaknai sebagai perbuatan yang baik yang tak menyalahi aturan atau dalam kata lain perilaku. Jujur (kejujuran) akan tercermin dalam perilaku yang diikuti dengan hati yang lurus, berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Jangan pernah mencapai segala sesuatu untuk di puncak tapi menjatuhkan orang lain.Â
Jangan kita mencapai sesuatu di puncak tanpa menghormati orang lain. Dan jangan merasa di puncak sebagai orang yang tidak mau belajar dari orang lain. Sebagai manusia hendaknya juga jangan meresahkan orang lain, mengkerdilkan perjuangan orang lain dan memupuskan harapan yang sedang di perjuangkan orang lain. Dukung dan hormatilah orang yang sedang berjuang, sedang berproses agar bisa tumbuh dalam setiap aral perjuangannya. Sehingga balon hijau tidak jadi meletus agar warna warni itu semakin indah.
Seperti pepatah jawa "Sing nandur bakale ngundhuh, manungso mung ngundhuh wohing pakarti"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H