Perkembangan otak belum sempurna pada saat masa remaja terjadi, sehingga kecanduan alkohol pada remaja mempengaruhi kemampuan kognitif mereka. Korteks prefrontal (bertanggung jawab untuk penalaran, perencanaan, dan pengambilan keputusan) terus menjadi matang selama beberapa tahun lagi.
Demikian pula, perhatian, ingatan, dan pembelajaran dapat terganggu secara serius, dan semakin sering dan berkepanjangan konsumsi alkohol oleh orang muda, semakin besar konsekuensinya.Â
Selain itu, kondisi psikologis tertentu (kecemasan, depresi, dan kurang percaya diri) mungkin tampak lebih besar dalam kasus ini .
Seolah-olah ini belum cukup, telah ditunjukkan bahwa usia konsumsi alkohol secara signifikan terkait dengan risiko mengembangkan konsumsi atau kecanduan yang bermasalah. Jadi, semakin awal minum, semakin besar risiko ketergantungan.
Masalah lain yang bisa dipicu oleh konsumsi alkohol
Selain efek langsung pada kesehatan fisik dan mental remaja, konsumsi alkohol dapat memicu serangkaian masalah tidak langsung yang berasal dari kurangnya kemampuan mengendalikan impuls.
- Peningkatan kemungkinan perilaku seksual berisiko dan, sebagai akibatnya, penularan penyakit (PMS) atau kehamilan yang tidak diinginkan.
- Peningkatan agresivitas dan perilaku kekerasan terhadap anggota keluarga, atau pasangan.
- Peningkatan risiko mobil atau kecelakaan lainnya.
- Kemungkinan yang meningkat untuk mengonsumsi zat lain, seperti obat- obatan, dan mengembangkan kecanduan terhadapnya.
Data konsumsi alkohol remaja
Di seluruh dunia, lebih dari 25% anak muda mengonsumsi minuman beralkohol, yang menurut Laporan Status Global tentang Alkohol dan Kesehatan 2018, akan menjadi 155 juta remaja.Â
Eropa memiliki tingkat konsumsi alkohol tertinggi di kalangan anak muda, sebesar 43,8%. Amerika mengikutinya dengan 38,2% dan Pasifik Barat dengan 37,9%.
Konsumsi alkohol dimulai sebelum usia 15 tahun dan prevalensinya hampir sama antara anak perempuan dan laki-laki, berkisar antara 50 hingga 70%.