Mohon tunggu...
Mustopa
Mustopa Mohon Tunggu... Petani - Petani

Bercerita dari desa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Memanfaatkan Google Search untuk Mengatasi Penipuan Digital

27 Juli 2023   06:20 Diperbarui: 28 Juli 2023   02:00 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi social engineering (sumber: Pixabay)

Ilustrasi social engineering (sumber: Pixabay)
Ilustrasi social engineering (sumber: Pixabay)

Perihal hacking, barangkali yang paling populer adalah peretasan melalui jaringan dengan serangkaian kode yang rumit seperti di film-film. Namun demikian, peretasan yang paling berbahaya adalah social engineering ini. 

Penipuan dengan memanfaatkan celah manusia ini memang kian marak terjadi. Warga masyarakat di sekitar saya pun telah banyak yang terjebak dengan penipuan yang serupa.

Beberapa tahun yang lalu, istri seorang kawan saya harus kehilangan uang puluhan juta rupiah. Modusnya si penipu memancing rasa belas kasihan untuk anaknya yang katanya ditinggal mati ibunya. Penipu tersebut mengaku sedang bekerja di luar negeri, sedangkan anaknya berada di rumah bersama dengan neneknya. 

Melalui chat, telepon, dan berkirim gambar pada akhirnya rasa trenyuh istri kawan saya merelakan uang dalam jumlah yang cukup besar. Ia tak peduli lagi uang itu milik siapa. Rasa kasihan terhadap anak yang berumur sekitar 6 tahun dirasa lebih penting, bahkan dari keluarganya sendiri.

Ketika anggota keluarga yang lain menyadari bahwa ia telah tertipu, alih-alih menyadari kesalahan, istri kawan saya itu malah kian brutal dengan mentransfer sejumlah uang untuk menolong anak tersebut. Pada akhirnya, kawan saya memaksa untuk melapor kepada kepolisian dengan mengajaknya.

Menurut keterangan pihak kepolisian, perkara tersebut bukan kasus pertama. Ada sekian warga yang telah melaporkan kasus serupa dengan modus yang sama. Dari situlah istri kawan saya baru sadar kalau tertipu.

Lain lagi dengan kisah Mbah Sumijah, tetangga saya yang berusia sekitar 60 tahun itu. Seorang anaknya merantau di Jakarta sejak bertahun-tahun yang lalu. Untuk mengobati kerinduan, anaknya itu memberinya sebuah ponsel lawas.

Seseorang yang jauh disana mengabari bahwa anaknya mengalami kecelakaan. Ia terluka parah dan sedang diupayakan untuk dibawa ke rumah sakit. Katanya, ia membutuhkan pulsa untuk menelpon agar bisa terus memantau perkembangannya. 

Mbah Sumijah menghabiskan sekitar 1,5 juta untuk membeli pulsa guna mendapat kabar dari anak tercintanya. Baginya, uang tersebut dapat menghidupinya 1 hingga 2 bulan. Namun rasa cinta kepada anaknya telah membuatnya rela membuangnya begitu saja.

Bagi si penipu, perasaan manusia seperti rasa kasihan, cinta dibalut dengan minimnya pengetahuan teknologi menjadi celah menganga untuk mendapatkan banyak hal yang ia mau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun