Mengenai uang sogokan itu, rupanya tidak hanya sebatas jika seseorang tertangkap polisi saja. Menurut kabar yang beredar diantara masyarakat, kini untuk menjadi polisi pun harus merogoh kocek yang dalam.Â
Pers masyarakat itu seringkali mengabarkan bahwasanya si anu menjadi polisi setelah menjual sawah atau kebun. Benar atau salahnya kabar tersebut, saya sendiri tidak mengetahuinya dengan pasti. Namun saya merasa bahwa kabar ini juga merupakan objek penilaian masyarakat mengenai citra kepolisian.
Beberapa persoalan di atas merupakan merupakan objek penilaian masyarakat –di sekitar saya– yang saya rasa merupakan persoalan yang dibicarakan hampir sepanjang waktu. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, persoalan salah kaprah dan rahasia umum yang ada di tengah-tengah masyarakat. Tahun lalu ketika ada kasus Ferdy Sambo, bagi masyarakat seolah memberikan pembenaran bahwa dunia kepolisian tidak berpihak kepada mereka.Â
Hampir setiap hari –ketika ada forum-forum tertentu– saya mendengar update cerita sidang Ferdy Sambo tersebut. Rupanya mereka menonton sidang-sidang yang disiarkan di televisi itu.Â
Saya rasa memang benar jika kasus tersebut turut memperburuk citra kepolisian. Namun kini setelah kasus itu usai dengan hukuman mati bagi Ferdy Sambo, masyarakat pun dapat melihat sedikit keadilan di negeri ini.
Pada dasarnya masyarakat membutuhkan kenyamanan dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tugas tersebut saat ini menjadi beban pihak instansi kepolisian yang ada di negeri ini.
Baik buruknya instansi tersebut saya rasa menjadi salah satu faktor penting bagi kehidupan masyarakat. Namun begitu, kesadaran masyarakat tentu menjadi faktor yang sama pentingnya.Â
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat –setidaknya mengenai hal-hal salah kaprah– seiring berjalannya waktu, instansi kepolisian di negeri ini pun menurut hemat saya akan membaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H