Mohon tunggu...
Ilham pratama
Ilham pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Never give up

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Psikologi tentang Kunjungan Museum Nasional

28 November 2024   09:55 Diperbarui: 28 November 2024   10:09 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata kuliah : psikologi komunikasi
Dosen pengempun : istisari bulan lageni,S.I.Sos,M.I.Kom
Nama :
Ilham pratama23010400002
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TAHUN 2023/202

Abstrak :

Museum Nasional merupakan lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi

edukatif kultural dan rekreatif. Memiliki sumberdaya wisata utama berupa 194.000

koleksi dengan 7 jenis koleksi yaitu sejarah,Prasejarah, arkeologi, etnografi,

geografi, keramik, numistik dan heraldik. Pengembangan program rekreasi

berdasarkan demand pengunjung bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

wisatawan, mengetahui preferensi dan motivasi terhadap museum serta merancang

program wisata harian berdasarkan demand pengunjung. Metode pengambilan data

berupa observasi, literatur dan pembagian kuesioner. Analisis data menggunakan

analisis deskriptif kuantitatif dengan penilaian skala likert. Teknik random sampling

dengan metode close ended pada 175 responden. Sumberdya wisata di museum

nasional terbagi menjadi 3 kategori sumberdaya wisata yaitu sumberdaya wisata

sejarah, (koleksi sejarah, etnografi, arkeologi, geografi, prasejarah,keramik, numistik

dan heraldik), sumberdaya wisata budaya (koleksi kebudayaan, menari, gamelan)

dan sumberdaya wisata buatan (Wahana ImersifA,Workshop, dan pameran tematik).

Fasilitas wisata di Museum Nasional berupa Pintu masuk,loket tiket, Toilet, Parkiran,

Tempat duduk, Tempat sampah, Pusat Informasi, Papan Informasi, Jalur Interpretasi,

Tempat penitipan barang, Perpustakaan, Pos jaga, Cafe, Mushola dan Kantin.

dominasi responden perempuan usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan SMA/SMK

sederajat berasal dari Jakarta. berprofesi sebagai pegawai swasta dan pelajar atau

mahasiswa dengan penghasilan perbulan Rp. 2 juta hingga Rp. 3,5 Juta. Rata-rata

reponden baru pertama kali berkunjung ke Museum Nasional Indonesia, menyukai

berkunjung pada akhir pekan di waktu pagi hari bersama teman dan keluarga dalam

kelompok kecil menggunakan kendaraan bus serta motor. Responden termotivasi

untuk berjalan-jalan, mencari hiburan, dan melihat kesenian Indonesia melalui

koleksi di museum serta berekreasi di dalam ruangan. Aktivitas yang di sukai oleh

responden yaitu melihat koleksi, edukasi, serta mempelajari sejarah mengenai

koleksi yang ada di Museum Nasional Indonesia. Program Rekreasi yang di

kembangkan di Museum Nasional sebanyak 5 program yaitu Tour Museum, Kids

Corner, Workshop kain dan tekstil, Menari dan gamelan, serta berbelanja dengan 2

program yang di rancang yaitu Familly date dan Bhavana Museum.Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang

bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh

Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah

terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai

mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun

1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen

(Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia

(Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga

independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni

dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika,

arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian.

Lembaga ini mempunyai semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” (Untuk

Kepentingan Masyarakat Umum).

Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan

sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-

Kota. Kecuali itu ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku

yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal

berdirinya museum dan perpustakaan.

Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir

Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di

Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan

gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary

Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”). Bangunan ini berlokasi di

jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat

Negara, di dekat Istana kepresidenan.

Jumlah koleksi milik BG terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak

dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda

memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang

sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein

West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst

Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum” (pernah dipakai untuk markasKenpetai di

masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan).

Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk

Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena di

halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja

Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada

tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung

memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.

Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “koninklijk” karena jasanya

dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi

Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal

26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam

semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri

sekitarnya”.

Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17

September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum

kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya,

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979

tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum

Nasional.

Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu “Terwujudnya Museum Nasional

sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan

kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan

national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa”.

Foto gajah museum nasional 1.1 
Foto gajah museum nasional 1.1 

Patung Gajah di Museum Nasional: Sejarah dan Signifikansinya

Patung gajah yang terletak di depan Museum Nasional Indonesia di Jakarta

bukan hanya sekedar karya seni, tetapi juga merupakan simbol sejarah yang

kaya. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai asal-usul patung gajah,

konteks sejarahnya, serta signifikansinya bagi budaya dan identitas Indonesia.

A. Asal-Usul Patung Gajah

Patung gajah ini dihadiahkan oleh Raja Chulalongkorn setelah kunjungannya ke

Batavia (sekarang Jakarta) dari tanggal 9 Maret hingga 15 April 1871.

Kunjungan ini meninggalkan kesan mendalam pada sang raja, yang kemudian

memutuskan untuk memberikan dua patung gajah sebagai hadiah—satu untuk

Batavia dan satu lagi untuk Singapura Patung gajah ini menjadi simbol kesucian

dan kekuatan, mencerminkan pentingnya hewan tersebut dalam budaya Siam.

patung bukanlah suatu kebetulan; hal ini menunjukkan penghormatan dan

hubungan diplomatik antara Thailand dan Hindia Belanda pada masa itu.

B. Museum Sejarah Nasional

Museum Nasional Indonesia, yang juga dikenal sebagai Museum Gajah,

didirikan pada tahun 1862 dan dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum

ini menyimpan lebih dari 190 ribu koleksi bersejarah yang mencakup berbagai

aspek budaya dan sejarah Indonesia, termasuk koleksi prasejarah, arkeologi,

etnografi, dan numismatik. Sejak awal berdirinya, museum ini berfungsi sebagai

pusat penelitian dan pendidikan tentang sejarah serta budaya Indonesia.

C. Signifikansi Budaya dan Identitas

Patung gajah di Museum Nasional memiliki makna yang lebih dari sekedar

objek seni. budaya masing-masing bangsa.Dengan lebih dari seratus tahun

keberadaannya di museum, patung gajah telah menjadi simbol penting bagi

pengunjung lokal maupun internasional.

D. Kontroversi Sejarah

Meskipun patung gajah dihargai sebagai simbol persahabatan antara Indonesia

dan Thailand, ada kontroversi terkait dengan cara Raja Chulalongkorn

memperoleh artefak berharga dari Indonesia. Dalam kunjungannya ke Jawa

pada tahun 1896, Raja Chulalongkorn membawa pulang sembilan gerobak

penuh Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang nilai tukar budaya dan artefak

antara negara-negara kolonial dengan negara-negara jajahan.

E. Dampak Terhadap Pariwisata

Keberadaan patung gajah juga berdampak positif terhadap industri pariwisata di

Jakarta. pengalaman mereka di museum. Hal ini berkontribusi pada upaya

pelestarian budaya dan pendidikan masyarakat tentang sejarah Indonesia.

F. Kesimpulan

Patung gajah di depan Museum Nasional Indonesia bukan hanya sekedar karya

seni; ia adalah simbol sejarah yang kaya dan representasi hubungan

internasional antara Indonesia dan Thailand. nasionalIndonesia.Dengan

demikian, patung gajah tidak hanya memperindah halaman museum tetapi juga

memperkaya pemahaman kita tentang sejarah panjang interaksi antarbudaya di

Asia Tenggara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun