Mata kuliah : psikologi komunikasi
Dosen pengempun : istisari bulan lageni,S.I.Sos,M.I.Kom
Nama :
Ilham pratama23010400002
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TAHUN 2023/202
Abstrak :
Museum Nasional merupakan lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi
edukatif kultural dan rekreatif. Memiliki sumberdaya wisata utama berupa 194.000
koleksi dengan 7 jenis koleksi yaitu sejarah,Prasejarah, arkeologi, etnografi,
geografi, keramik, numistik dan heraldik. Pengembangan program rekreasi
berdasarkan demand pengunjung bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
wisatawan, mengetahui preferensi dan motivasi terhadap museum serta merancang
program wisata harian berdasarkan demand pengunjung. Metode pengambilan data
berupa observasi, literatur dan pembagian kuesioner. Analisis data menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif dengan penilaian skala likert. Teknik random sampling
dengan metode close ended pada 175 responden. Sumberdya wisata di museum
nasional terbagi menjadi 3 kategori sumberdaya wisata yaitu sumberdaya wisata
sejarah, (koleksi sejarah, etnografi, arkeologi, geografi, prasejarah,keramik, numistik
dan heraldik), sumberdaya wisata budaya (koleksi kebudayaan, menari, gamelan)
dan sumberdaya wisata buatan (Wahana ImersifA,Workshop, dan pameran tematik).
Fasilitas wisata di Museum Nasional berupa Pintu masuk,loket tiket, Toilet, Parkiran,
Tempat duduk, Tempat sampah, Pusat Informasi, Papan Informasi, Jalur Interpretasi,
Tempat penitipan barang, Perpustakaan, Pos jaga, Cafe, Mushola dan Kantin.
dominasi responden perempuan usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan SMA/SMK
sederajat berasal dari Jakarta. berprofesi sebagai pegawai swasta dan pelajar atau
mahasiswa dengan penghasilan perbulan Rp. 2 juta hingga Rp. 3,5 Juta. Rata-rata
reponden baru pertama kali berkunjung ke Museum Nasional Indonesia, menyukai
berkunjung pada akhir pekan di waktu pagi hari bersama teman dan keluarga dalam
kelompok kecil menggunakan kendaraan bus serta motor. Responden termotivasi
untuk berjalan-jalan, mencari hiburan, dan melihat kesenian Indonesia melalui
koleksi di museum serta berekreasi di dalam ruangan. Aktivitas yang di sukai oleh
responden yaitu melihat koleksi, edukasi, serta mempelajari sejarah mengenai
koleksi yang ada di Museum Nasional Indonesia. Program Rekreasi yang di
kembangkan di Museum Nasional sebanyak 5 program yaitu Tour Museum, Kids
Corner, Workshop kain dan tekstil, Menari dan gamelan, serta berbelanja dengan 2
program yang di rancang yaitu Familly date dan Bhavana Museum.Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang
bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh
Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah
terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai
mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun
1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen
(Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia
(Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga
independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni
dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika,
arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian.
Lembaga ini mempunyai semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” (Untuk
Kepentingan Masyarakat Umum).
Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan
sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-
Kota. Kecuali itu ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku
yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya museum dan perpustakaan.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir
Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di
Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan
gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary
Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”). Bangunan ini berlokasi di
jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat
Negara, di dekat Istana kepresidenan.
Jumlah koleksi milik BG terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak
dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda
memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang
sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein
West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst
Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum” (pernah dipakai untuk markasKenpetai di
masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan).
Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk
Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena di
halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja
Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada
tahun 1871. Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung
memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “koninklijk” karena jasanya
dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi
Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal
26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam
semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri
sekitarnya”.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17
September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum
kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979
tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum
Nasional.
Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu “Terwujudnya Museum Nasional
sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan
kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan
national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa”.
Patung Gajah di Museum Nasional: Sejarah dan Signifikansinya
Patung gajah yang terletak di depan Museum Nasional Indonesia di Jakarta
bukan hanya sekedar karya seni, tetapi juga merupakan simbol sejarah yang
kaya. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai asal-usul patung gajah,
konteks sejarahnya, serta signifikansinya bagi budaya dan identitas Indonesia.
A. Asal-Usul Patung Gajah
Patung gajah ini dihadiahkan oleh Raja Chulalongkorn setelah kunjungannya ke
Batavia (sekarang Jakarta) dari tanggal 9 Maret hingga 15 April 1871.
Kunjungan ini meninggalkan kesan mendalam pada sang raja, yang kemudian
memutuskan untuk memberikan dua patung gajah sebagai hadiah—satu untuk
Batavia dan satu lagi untuk Singapura Patung gajah ini menjadi simbol kesucian
dan kekuatan, mencerminkan pentingnya hewan tersebut dalam budaya Siam.
patung bukanlah suatu kebetulan; hal ini menunjukkan penghormatan dan
hubungan diplomatik antara Thailand dan Hindia Belanda pada masa itu.
B. Museum Sejarah Nasional
Museum Nasional Indonesia, yang juga dikenal sebagai Museum Gajah,
didirikan pada tahun 1862 dan dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum
ini menyimpan lebih dari 190 ribu koleksi bersejarah yang mencakup berbagai
aspek budaya dan sejarah Indonesia, termasuk koleksi prasejarah, arkeologi,
etnografi, dan numismatik. Sejak awal berdirinya, museum ini berfungsi sebagai
pusat penelitian dan pendidikan tentang sejarah serta budaya Indonesia.
C. Signifikansi Budaya dan Identitas
Patung gajah di Museum Nasional memiliki makna yang lebih dari sekedar
objek seni. budaya masing-masing bangsa.Dengan lebih dari seratus tahun
keberadaannya di museum, patung gajah telah menjadi simbol penting bagi
pengunjung lokal maupun internasional.
D. Kontroversi Sejarah
Meskipun patung gajah dihargai sebagai simbol persahabatan antara Indonesia
dan Thailand, ada kontroversi terkait dengan cara Raja Chulalongkorn
memperoleh artefak berharga dari Indonesia. Dalam kunjungannya ke Jawa
pada tahun 1896, Raja Chulalongkorn membawa pulang sembilan gerobak
penuh Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang nilai tukar budaya dan artefak
antara negara-negara kolonial dengan negara-negara jajahan.
E. Dampak Terhadap Pariwisata
Keberadaan patung gajah juga berdampak positif terhadap industri pariwisata di
Jakarta. pengalaman mereka di museum. Hal ini berkontribusi pada upaya
pelestarian budaya dan pendidikan masyarakat tentang sejarah Indonesia.
F. Kesimpulan
Patung gajah di depan Museum Nasional Indonesia bukan hanya sekedar karya
seni; ia adalah simbol sejarah yang kaya dan representasi hubungan
internasional antara Indonesia dan Thailand. nasionalIndonesia.Dengan
demikian, patung gajah tidak hanya memperindah halaman museum tetapi juga
memperkaya pemahaman kita tentang sejarah panjang interaksi antarbudaya di
Asia Tenggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H