Mohon tunggu...
Asrul Ibrahim Nur
Asrul Ibrahim Nur Mohon Tunggu... -

Postgraduate student by current position. Researcher by passion. Backpacker by obsession

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Internasional Ala Turki

20 Oktober 2013   19:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada dibenak teman-teman semua ketika mendengar kata “Internasional” atau “Sekolah Internasional’? Secara tidak sadar kita semua sering mengasosiasikan segala hal yang ditambahkan embel-embel internasional mestilah hal yang berbau barat. Setidaknya di Indonesia jika ada label internasional maka hal-hal yang tersebut mestilah ada unsur Inggris atau Baratnya.

Contoh kecil adalah “Sekolah Bertaraf Internasional”, program pemerintah yang dasar hukumnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi beberapa bulan silam. Sekolah yang bertaraf internasional adalah sekolah yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar dan melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan yang ada di negara Eropa atau Amerika. Singkatnya, sekolah standar internasional itu letaknya ada di atas standar nasional karena bahasa pengantar adalah Bahasa Inggris dan karena melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional maka level ijazahnya di atas ijazah nasional.

Masih kurang jelas? Coba kita tambahkan kata “internasional” setelah kata “kelas” alias “kelas internasional”. Apa yang terlintas dibenak kita ketika mendengar atau membaca pengumuman sebuah kampus yang membuka program “Kelas Internasional”. Bahasa Inggris dengan standar minimal skor TOEFL tertentu? Uang kuliah yang mahal? Ijazah yang diakui internasional? Segala hal yang berbau internasional selalu diasosiasiakan berada di atas level nasional, apalagi daerah. Betul kan?

Hal tersebut tidak begitu berlaku di Turki, atau setidaknya di Konya (provinsi yang wilayahnya paling luas di Turki). Negara ini meredefinisi makna “internasional”, terutama dalam pendidikannya. Jika di Indonesia pendidikan internasional dimaknai sebagai segala hal yang berbau Bahasa Inggris, mulai dari bahasa pengantar hingga pengajar harus ala Barat. Namun, di Turki semua hal tersebut tidak begitu berlaku.

Singkatnya Turki mendefinisikan pendidikan internasional dengan mengundang banyak pelajar dari negara lain untuk belajar di Turki dengan sistem pendidikan Turki, bahasa pengantar menggunakan bahasa Turki, literatur berbahasa Turki, dan yang pasti pengajarnya adalah orang Turki asli. Negara ini tidak begitu ambil pusing dengan istilah “bertaraf internasional” atau “standar internasional”.

Bahasa Inggris bagi orang Turki, sejauh yang saya pahami dan tahu, bukan indikator “internasional”. Mereka senang mempelajari banyak bahasa, namun mereka lebih senang ketika ada orang asing yang mempelajari bahasa mereka. Sebagai contoh, saat ini banyak pelajar Indonesia yang belajar di SMA Internasional Imam Hatip, semacam Madrasah Aliyah bertaraf internasional. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar adalah Bahasa Turki dan bahkan mereka mempelajari sejarah Turki dengan baik.

[caption id="attachment_286490" align="aligncenter" width="549" caption="sumber: gercekkulis.com"][/caption]

Kita patut belajar terkait kebanggan orang Turki terhadap bahasanya. Rasa nasionalisme yang tinggi bangsa ini patut diapresiasi, meskipun kesan sebagai bangsa yang “tertutup” memang tidak bisa dihindari. Disini makna internasional mengalami pergesaran, bukan segala hal yang berbau kebarat-baratan. Internasional tidak melulu diasosiasikan dengan bahasa atau kebudayaan luar.

Mampukan bangsa Indonesia mendefinisikan ulang makna pendidikan internasional?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun