Mohon tunggu...
Kang Gandhung Fajar Panjalu
Kang Gandhung Fajar Panjalu Mohon Tunggu... Dosen - Kompasianer Baru - Sejak 2011.

Pembelajar malam, Perindu hujan yang kena gerimis dikit langsung berteduh,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita dan Awal Puasa yang Tak (Lagi) Sama

30 Maret 2022   13:01 Diperbarui: 30 Maret 2022   15:40 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rukyatul Hilal sebagai salah satu metode penentuan awal bulan. Credit:sindo 


Bersama dalam Perbedaan

Diriwayatkan, suatu ketika dua orang sahabat Nabi melakukan perjalanan. Ketika waktu shalat tiba, keduanya tak mendapatkan air dan mereka pun bertayamum. Setelah keduanya melakukan shalat, tiba-tiba keduanya mendapatkan air. Lalu, salah seorang diantara keduanya mengulang shalat dengan berwudhu. Sementara temannya tidak mengulangi lagi shalatnya.

Ketika bertemu Nabi SAW, keduanya menceritakan perbedaan pendapat tersebut. Kepada yang tidak mengulang shalatnya, Nabi bersabda, "Engkau telah menepati sunnah dan shalatmu sah." Adapun kepada laki-laki yang berwudhu dan mengulang shalatnya, Nabi bersabda, "Anda mendapatkan dua pahala." (HR Abu Daud dan Nasai).

Menyikapi perbedaan seperti itu, Nabi tak menyalahkan mereka. Beliau menghormati perbedaaan itu. Nabi membenarkan dua pendapat yang berbeda. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa dalam memahami teks, baik al-Qur'an maupun Hadits, peluang perbedaan pendapat itu memang terbuka.

Jika semasa Nabi masih hidup saja perbedaan tersebut bisa muncul dan disikapi dengan arif oleh nabi, apalagi setelah beliau wafat. Peluang adanya perbedaan pasti terbuka lebar. Sikap umat Islam dalam menghadapi perbedaan pendapat tersebut tentu haruslah bersikap arif dan bijak selagi masih dalam koridor yang dibenarkan.

Sikap arif sebagai masyarakat awam tentu dengan tidak bimbang memilih pendapat yang diikuti serta tidak menjadi pihak yang memperkeruh keadaan. Di sisi lain, para cerdik cendekia perlu untuk bersikap arif dengan menjadi payung besar yang menaungi berbagai perbedaan pendapat yang muncul serta tidak menghakimi pendapat yang berbeda.

Momentum perbedaan yang kelak akan muncul dalam beberapa tahun ke depan setelah hampir satu dekade berjalan bersama, semoga menjadikan masyarakat kita lebih bijak, dewasa, toleran dan mampu menerima berbagai perbedaan di masyarakat.

Semoga Allah menerima puasa kita, dan semoga kita menjadi hamba-Nya yang beruntung dan digolongkan sebagai hamba-Nya yang bertaqwa. Amin.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun