Mohon tunggu...
Kang Gandhung Fajar Panjalu
Kang Gandhung Fajar Panjalu Mohon Tunggu... Dosen - Kompasianer Baru - Sejak 2011.

Pembelajar malam, Perindu hujan yang kena gerimis dikit langsung berteduh,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita dan Awal Puasa yang Tak (Lagi) Sama

30 Maret 2022   13:01 Diperbarui: 30 Maret 2022   15:40 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rukyatul Hilal sebagai salah satu metode penentuan awal bulan. Credit:sindo 

Dengan berbagai kriteria tersebut, tahun ini menjadi awal perbedaan beberapa organisasi keagamaan terkait awal ramadhan, bahkan mungkin juga dengan pemerintah.

Pasalnya, Kementerian Agama Republik Indonesia telah mengeluarkan pemberitahuan penggunaan kriteria Imkanur-Rukyat MABIMS baru (IR 364) berdasarkan edaran Dirjen Bimas Islam nomor B--79/DJ.III/HM.00/02/2022. Artinya, potensi perbedaan pendapat seputar awal bulan hijriyah akan semakin terpampang nyata karena munculnya perbedaan antara kriteria WH, IR 2 derajat, IR 238 serta IR 364.

Upaya menyatukan kalender Islam sejatinya bukan sama sekali tiada. Tahun 2016 misalnya diluncurkan Kriteria Kalender Islam Global (KIG) Istambul Turki dengan beberapa kriteria baru. Uniknya, Majelis Tarjih Muhammadiyah telah merilis Kalender Islam Global 1443 H dengan kriteria Kongres Turki 2016 tersebut.


Potensi Perbedaan Hari-Hari Istimewa

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, akan muncul potensi perbedaan hari-hari besar Islam pada masa-masa yang akan datang, terlebih antara dua kelompok yakni pengguna WH dan IR. Apalagi jika kriteria Neo-MABIMS diterapkan.

Diawali dengan perbedaan penetapan 1 Ramadhan 1443 H, lalu penetapan 1 Zulhijah yang berdampak pada perbedaan hari raya 'Idul Adha 1443 H. Namun hari raya 'Idul Fitri 1443 H akan dilakukan serentak oleh dua kategori tersebut karena tidak ada perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1443 H.

Tahun 2023 diisi dengan perbedaan penetapan hari raya 'Idul Fitri dan hari raya 'Idul Adha, meskipun dalam penetapan 1 Ramadhan tak ada beda keduanya. Sebaliknya, pada 2024 muncul perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan, namun keduanya menetapkan hari yang sama dalam penetapan Idul Fitri dan 'Idul Adha.

Sementara itu tahun 2025 diisi dengan kesamaan penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, lalu berbeda lagi dalam penetapan 1 Zulhijah. Pada tahun 2026, 1 Ramadhan dan 1 Zulhijah akan dilaksanakan bersama, namun akan berbeda penetapan hari 'Idul Fitri.

Artinya, pada tahun 2022 dan 2024 nanti, kategori WH akan berpuasa lebih lama dari pada kategori IR yang hanya 29 hari. Sebaliknya, tahun 2023 dan 2026 kelak, kategori IR yang akan berpuasa lebih lama sehari. Anekdot "Puasa bareng lebaran duluan" akan kembali bermunculan pada tahun-tahun tersebut.

Keduanya akan kembali bersama dalam penetapan tiga tanggal istimewa tersebut pada tahun 2027 dan 2028, sementara tahun 2029 mereka kembali menemui perbedaan dalam penetapan 1 Zulhijah meski sama dalam menetapkan dua awal bulan istimewa sisanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun