"Air laut mana? Siapa yang bilang?! Jangan percaya! Cuma 6,2 nggak ada tsunami!"
"Tapi, ... ini orang-orang dah siap-siap mau ngungsi lagi!"
"Nggak usah panik! Nggak ada tsunami! Tunggu Bapak pulang!"
Saya pun ngebut pulang. Sampai di rumah, saya lihat istri dan anak-anak saya sudah siap-siap pergi ngungsi bersama tetangga.
"Mau ke mana? Nggak ada tsunami, kok! Nggak usah panik!"
"Mbak Siti ngajak ngungsi. Katanya air laut sudah naik."
"Nggak ada tsunami! Kalo Mak'e sama anak-anak mau ikut ngungsi, ya udah ngungsi sana! Biar Bapak di sini aja, jaga rumah!" jawab saya dengan sedikit emosi sambil masuk untuk cek keadaan rumah.
"Habis, orang-orang bilang air laut sudah naik."
"Ya,.. mungkin sekarang waktunya pasang. Namanya air pasang, ya...naiklah. Wong, BMKG sudah jelas-jelas bilang tidak berpotensi tsunami, kok mau ngungsi!"
Akhirnya istri dan anak-anak saya tidak jadi mengungsi, dan memilih gabung dengan tetangga yang duduk-duduk di jalan dalam komplek.
Di tempat kumpul-kumpul, topik panasnya tentu saja gempa yang baru saja kami rasakan. Banyak yang merasakan bahwa gempa yang baru saja terjadi guncangannya lebih terasa daripada gempa pertama hari Minggu malam yang lalu, padahal secara skala gempa hari Minggu lebih besar daripada gempa yang baru saja terjadi.