Dr. Arif nggak bisa berhenti senyum. Setelah bertahun-tahun kerja keras, akhirnya dia dan timnya berhasil bikin alat komunikasi lintas dimensi. Yah, meski belum 100% sukses sih.
"Ayo semangat, guys! Kali ini pasti berhasil!" serunya sambil nepuk-nepuk mesin gede di depannya.
Mira, si ahli komunikasi, cuma bisa geleng-geleng. "Pak, udah ratusan kali kita coba. Hasilnya sama aja."
"Iya nih, Pak. Mending kita istirahat dulu deh," tambah Rizki, si teknolog skeptis.
Tapi Dr. Arif nggak peduli. Dia tetep semangat, kayak anak kecil yang baru dapet mainan baru.
"Udahlah, kita coba sekali lagi ya? Please?" pintanya dengan mata berbinar.
Nina, si psikolog yang punya firasat kuat, tiba-tiba merinding. "Pak, saya ngerasa ada yang aneh deh. Kayak... ada yang ngawasin kita."
"Ah, lo kebanyakan nonton film horor kali," celetuk Edo, mahasiswa magang yang paling berani. "Yuk ah, kita coba lagi!"
Akhirnya, mereka setuju buat nyoba sekali lagi. Dr. Arif nyalain mesinnya. Suara dengungan aneh memenuhi lab. Tiba-tiba...
KRRRRSSSSHHHHH!
Suara statis memekakkan telinga mereka. Lalu...