Mohon tunggu...
Maheido
Maheido Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Animasi

Penggemar karya animasi dan komik. Blog pribadi: www.maheidoku.web.id

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Saatnya Belajar Menghargai Produk Digital Sebelum Waktunya Metaverse

16 Januari 2022   10:17 Diperbarui: 16 Januari 2022   10:27 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dunia fantasi virtual. Gambar: Dokumen Pribadi (www.maheidoku.web.id)

Ponsel pintar, laptop, komputer, dan jaringan internet sudah jadi fasilitas yang "wajib" kita punya untuk hidup nyaman di masa sekarang. Tanpa disadari, pelan-pelan kita juga mulai sangat bergantung padanya.

Kita semua menggunakannya untuk bermacam kebutuhan seperti bekerja, belajar, berkomunikasi, atau hanya sekedar mencari hiburan sesaat. Mulai dari orang dewasa hingga mereka yang masih anak-anak belia.

Kemajuan teknologi juga telah membuat ekosistem digital hari ini berkembang pesat. Bukan hanya menjadi tempat interaksi sosial yang menyenangkan tetapi juga ruang perekonomian baru yang menjanjikan.

Ada banyak sekali jenis produk yang bisa kita temukan di pasar daring. Selain produk fisik seperti perabotan rumah tangga atau makanan, jenis produk yang juga umum diperdagangkan adalah produk digital.

Sebagai orang yang sudah terbiasa menggunakan perangkat digital dan mengakses internet tentu kita telah akrab dengan yang namanya "produk digital". Produk digital yang dimaksud disini bisa berupa piranti lunak sampai konten media.

Setiap kali membuka layar gawai ponsel pintar atau komputer sebenarnya kita sudah familiar dengan apa yang disebut produk digital. Sistem operasi seperti Linux, Android, iOS, macOS, atau Windows adalah produk digital.

Beragam aplikasi ponsel pintar seperti gim seluler, WhatsApp, dan Instagram adalah produk digital. Piranti lunak seperti Microsoft Office, Chrome, atau Firefox, juga termasuk sebuah produk digital.

Semua situs yang ada di internet, termasuk segala konten media yang ada di dalamnya juga merupakan produk digital. Entah itu berupa bahasa pemrograman, teks artikel, gambar ilustrasi, foto, musik, atau video.

Produk digital banyak macamnya, ada yang dapat dinikmati atau digunakan secara langsung dengan platform tertentu, ada juga yang harus diunduh sampai dipasang terlebih dahulu di perangkat digital kita.

Karena banyak yang mudah didapatkan gratis, entah melalui jalur resmi maupun tidak resmi serta kurangnya pengetahuan, terkadang sampai tidak sadar bahwa yang selama ini kita gunakan atau nikmati itu adalah produk digital.

Selain yang disediakan untuk dinikmati dan digunakan secara gratis, ada juga produk digital yang memang dibuat untuk tujuan komersial. Dengan kata lain, dijual atau disewakan sama layaknya produk berwujud fisik.

Banyak orang yang mencari peluang dari menjual produk digital. Diantaranya pembuat konten media (Videografer, Blogger, Jurnalis), programmer, seniman (Musisi, Desainer) dan banyak lainnya.

Meski peluangnya terlihat menjanjikan, nyatanya menjual produk digital bukan hal yang mudah. Apalagi kalau tidak punya cukup keterampilan serta pengetahuan tentang pembuatan dan metode pemasarannya.

Nilai tawar produk digital juga masih tergolong rendah dibandingkan produk fisik. Tidak heran banyak produk digital yang sengaja dijual sangat murah hanya agar ada yang membeli. Terutama produk berupa konten media.

Walau itu masih sangat bisa dipahami, sangat disayangkan. Produk digital sendiri memang punya banyak kekurangan untuk bisa disebut sebagai "produk" yang bisa dimiliki dan layak untuk dibeli dengan sejumlah uang.

Pada dasarnya mereka hanya data komputasi. Mereka tidak berwujud, tidak bisa dipegang apalagi dicium baunya. Hanya bisa dilihat atau didengar, itu pun harus menggunakan perangkat dan piranti lunak yang mendukung.

Karena produk digital itu hanyalah susunan data program komputasi yang tidak berwujud, mereka juga seringkali mudah untuk digandakan atau dibajak secara ilegal tanpa mengurangi kualitas sebenarnya.

Oleh sebab itu, produk digital sering dianggap kurang "istimewa" untuk dihargai dan kurang bisa memberi rasa "memiliki". "Kalau bisa gratis kenapa harus bayar?", itulah sepenggal kalimat yang sering terdengar.

Demi menegaskan bahwa harga yang dipasang sesuai, banyak produk digital yang saat dijual juga memberikan bonus spesial dan ragam layanan tambahan lainnya secara gratis dalam jangka waktu tertentu.

Rata-rata produk digital yang sukses di pasaran hanya produk yang benar-benar menjadi kebutuhan pokok pekerjaan dan sudah dikenal banyak orang serta produk-produk yang dapat memberikan kepuasan secara emosional.

Namun, ada juga beberapa sektor dimana produk digital dihargai lebih baik. Misalnya, industri gim dan pengembangan piranti lunak bisnis perkantoran. Setidaknya, itulah yang bisa kita tahu sampai sekarang.

Mengingat betapa dekatnya kita dan peran pentingnya bagi kehidupan di masa sekarang, mungkin sudah saatnya bagi kita untuk mengubah perspekif dan belajar menghargai produk digital lebih baik lagi.

Sebelum kita benar-benar masuk ke era digital yang sesungguhnya seperti metaverse, dunia virtual, dan sejenisnya. Sebelum kita mencapai masa ketika kita benar-benar tidak bisa "hidup" tanpanya

Terlanjur asyik terjebak dalam dunia digital, dunia virtual, dunia metaverse, apapun namanya. Karena itulah masa depan yang mungkin segera kita capai dalam waktu dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun