Mohon tunggu...
Masta Marselina Sembiring
Masta Marselina Sembiring Mohon Tunggu... -

Saya seorang Mahasiswa jurusan keguruan, ingin mencoba menulis apa yang saya pikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Pudarnya Merahku…

2 Maret 2010   15:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:39 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu sepertinya berlalu begitu saja, itu dulu tahun 2007. Aku sedih jika aku membuka lembar catatan tentang pengalaman diri semasa masuk kuliah. Setelah aku mengenal laki-laki itu hidupku sepertinya berubah. Tujuan hidup hanya seakan hanya untuk dia. Setelah aku tinggal dan kos di tempat yang berdekatan dengan kuliahku, aku mulai mengenal bagaimana indahnya kehidupan anak muda . Sebelumya aku terlihat polos, Yanti yang bersikap kampungan dan ingin fokus untuk kuliah dan membanggakan orangtuaku di kampung. Sekarang seakan berubah, aku sudah mulai menghadapi hidup baru, setelah mengenal sosok Ardi teman kuliahku yang mula-mula mau membantu aku ternyata ada tujuan lain dibalik semua itu.

Mula-mula dia mendekati aku dengan sengenap perhatian dan bantuan. Dia seakan malaikat yang tak pernah mau menolak dan tak bosan-bosannya menolong aku baik masalah kuliah maupun masalah lainnya.berjalan setahun dia menyatakan kalo dia sangat sayang padaku, karena aku merasa dia sangat baik maka aku pun menerima perasaan sayangnya dengan menerima dia menjadi kekasihku, bahkan dialah sosok laki-laki yang menjadi pacar pertamaku.

Setahun berlalu begitu saja dia semakin baik, aku yakin dia sangat sayang padaku. Walaupun aku pacaran dengannya kuliahku tetap lancar. Pada awal semester IV, perubahan itu seakan berlalu. Dia mengajakku untuk pergi ke sebuah taman wisata. Di sana perubahan sikap Ardi berbeda dengan hari-hari yang lalu. Aku diam yang sebelumnya aku senang dan bahagia. Dia terus mendekatiku dan aku merasa tidak enak. Dia menyodorkan sebotol minuman segar, aku pun menerimanya dengan penuh percaya.

"Dek, minumlah!" aku pun meminumnya tanpa mengingat kecurigaan itu.

Beberapa menit kemudian, kepalaku terasa pusing seakan ingin tidur.

"Kok kepalaku pusing, aku ingin pulang!" itulah perkatan yang kuucapkan sebelum aku pingsan.

"Ya, kita akan pulang" setelah itu aku melihat wajah Ardi yang kabur dan gelap. Aku seperti tidur dan tanpa sadar apa yang terjadi padaku.

Setelah beberapa waktu, aku sadar. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku. Sepertinya ada yang beda. Aku kaget kenapa aku bisa di tempat yang tidak aku ketahui letaknya sama sekali. Aku kaget melihat diriku sendiri, aku menagis karena aku melihat Ardi sudah di sebelahku. Aku bingung ingin berteriak tapi aku sudah hancur. Aku terus marah kepada diri sendiri. Kenapa aku harus percaya? Kenapa aku harus bodoh? Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku? Aku tarik lelaki itu dengan penuh amarah dan dengan kekuatan seadanya aku lemparkan tamparan kepadanya. Tapi itu belum cukup kata hatiku.

"Tenang dek, aku pasti tanggung jawab" Ardi dengan santainya mengatakan dia akan bertanggung jawab.

"Bukan tanggung jawab yang aku butuhkan tapi aku sudah kehilangan masa depan" aku terus menangis dan jijik dengan diriku.

"Udah kita lupakan saja kejadian hari ini. Aku pasti setia padamu dek" Ardi dengan santainya mengatakan itu tanpa memikirkan perasaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun