Mohon tunggu...
Muchammad Syahril Mubarok
Muchammad Syahril Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Suka dengan kopi hitam dan netflix

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Mau Mengelola Usaha-Aset, NU Perlu Belajar Ke Salafi-Wahabi

8 Juni 2024   00:26 Diperbarui: 8 Juni 2024   00:34 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Obrolan memanas saya dengan beberapa sahabat, setelah ucapan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia di acara pra-kongres BEM PTNU di Jakarta.

Dalam sambutannya, ia berucap akan memberi konsesi tambang kepada Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan. Pernyataan itu juga setelah Presiden Jokowi meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2024 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Bagi kami kalangan Nahdliyyin Grassroot, apakah ini suatu hadiah yang "spesial" atau suatu bencana bagi organisasi kami? Obrolan ini masih akan terus menjadi topik berbagai kalangan beberapa bulan ke depan.

Pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul juga pasti tidak akan selesai dengan jawaban-jawaban parsial. Ya intinya belum menyeluruh untuk menjawab pertanyaan ke depan. Misalnya, manfaat bagi ormas akan pengelolaan tambang, dampak tambang setelah dikelola ormas, dan lain-lain.

Akhi 'R' Pemimpin Perusahaan yang Salafi

Saya mendapat cerita dari sahabat yang mengelola atau manage aset bernilai ratusan milyar. Ia mengenal salah satu dari sekian pimpinan perusahaan yang berpaham salafi-wahabi.

Mereka memiliki grup khusus. Anggota-anggota mereka berpakaian celana cingkrang dan berjenggot. Mereka menamai kumpulannya dengan "Masyarakat Anti Riba".

Diperkirakan anggota komunitas Masyarakat Anti Riba ini berjumlah ribuan. Dengan berbagai macam bisnis yang mereka kelola, total omset per tahun bisa sampai puluhan bahkan ratusan milyar.

Sahabat kami menceritakan satu diantaranya. Sebut saja Bapak 'R' (atau akhi 'R'). Kesehariannya memang berbisnis. Jika ia menyapa pun pasti memakai sapaan berbahasa Arab, seperti antum (anda), akhi (sapaan kepada laki-laki), ikhwati (sapaan kepada perempuan).

Akhi 'R' ini --kata sahabat saya-- biasa maintenance perusahaannya per tahun senilai kurang lebih seratus milyar! Uniknya, ia tidak menyimpan uangnya di bank konvensional atau bank syariah. Hanya untuk transaksi saja jika berhubungan dengan bank. Kalau katanya: "ana kagak mau sama orang kapir!"

Ia juga memberi perhatian bagi karyawan-karyawannya. Contohnya memberi menu makan siang di jam istirahat. Dan yang menjadi pembeda ialah ada jam khusus bagi karyawan untuk mengikuti kajian. Kajian itu digelar oleh pimpinan perusahaan dengan menghadirkan ustadz-ustadz dari kalangan mereka.

Fix ini dunia dapet, akhirat juga dapet!

NU Perlu Belajar Bisnis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun