Nama        : Massitha Tirta Ramahdani
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â : 2330021035
Kelas        : Gizi/A
Pada bulan Oktober 2019, dikala itu saya masih duduk dibangku 11 SMK swasta yang ada di Surabaya. Kala itu, guru saya menyampaikan bahwa akan direncanakannya acara Study Tour atau yang biasa disebut KTS. Namun, kami para siswa mengajukan keinginan untuk pergi ke kota yang lebih jauh dati tahun kemarin. Kami memilih Jogjakarta.
Tentunya hal tersebut menjadi pertimbangan guru-guru kami, karena sebelumnya acara Study Tour ini memang diadakan dikota-kota yang tidak terlalu jauh dari Surabaya. Waktu terus berjalan, namun tetap masih tidak ada kepastian boleh atau tidaknya dari guru kami. Ya, kami tahu bahwa mereka-pun memikirkan jauh lebih dalam dari kita. Hingga, pada akhir Oktober 2019 guru-guru serta kepala sekolah menyetujui bahwa Study Tour angkatan kami akan dilaksanakan diJogja.
Namun tidak semudah itu, tentunya rundown acara tetap kami yang mengaturnya. Mencari-cari tempat yang bagus untuk berwisata serta tempat yang dapat dijadikan media pembelajaran bagi kami yang notabenenya dari SMK Kesehatan. Â Sering sekali terjadi pertentangan untuk memilih wisata destinasi. Tak hanya itu, kita sendiri juga yang mempersiapkan bus, konsumsi, serta penginapan.
Saya bukanlah panitia dalam acara tersebut, namun melihat teman-teman saya yang menjadi panita tentu merasa sedikit tidak tega. Mereka benar-benar mencari info sendiri dan merangkai proposal untuk diajukan kewisata itu sendiri. Maka dari itu, saya dan teman-teman yang bukan panitia ikut turut andil untuk membantu mereka.
Hingga tiba saatnya H-1 sebelum Study Tour dimulai, bulan November. Pada saat itu hari kamis, dimana kita sangat tidak sabar untuk segera melakukan Study Tour tersebut. Banyak dari kami yang masih belum mempersiapkan barang bawaan, termasuk saya. Karena memang sedikit bertubrukan dengan berbagai praktikum yang dilaksanakan. Kita berangkat pada hari jum'at, dimana pagi hingga sore kita masih tetap melakukan pembelajaran seperti hari-hari biasanya.
Hari jum'at, pukul 20.00 saya berangkat menuju sekolah dengan segala persiapan yang matang diantar oleh ayah saya. Sebelum berangkat, tentunya saya sudah diberi petuah-petuah dari orang tua saya. Dan pada saat saya sampai disekolah, baru ada 6 teman saya yang dating dari 45 siswa ditambah guru.Â
Kami sudah berpikir dahulu bahwa "Ah, ini pasti nelat." Namun siapa sangka, pada jam menunjukkan 20.40 semua siswa Angkatan saya serta guru-guru pendamping sudah berdatangan. Hingga, pada pukul 21.00 kita melaksanakan perjalanan jauh dari Surabaya-Jogja.
Ini kali pertama saya pergi keJogja. Sebelum-sebelumnya, pergi keJogja hanyalah angan-angan saya. Jalan-jalan keMalioboro sambal berbelanja, melihat andong yang super duper bagus, dan pergi kePantai menikmati sunset. Dan ternyata, angan-angan tersebut beberapa jam lagi benar-benar menjadi sebuah kenyataan bagi saya.
Pukul 04.00 pagi, kami telah sampai diJogja. Tepatnya diSleman, Jogjakarta. Kami diturunkan ditempat pemandian umum yang dimana terdapat Candi Prambanan pada sebrangnya.Â
Pada saat itu saya benar-benar takjub melihatnya dari jarak jauh dengan keadaan yang masih bangun tidur. "Wah, besar juga ternyata." Batin saya dalam hati, sayangnya Candi Prambanan bukanlah objek wisata yang kita tuju.
Terdapat 3 objek wisata yang akan kita tuju, yang pertama yaitu Merapi Farma Herbal. Tempatnya dekat dengan Gunung Merapi, dimana dari jauh saja sudah terlihat jelas lerengnya yang besar. Dan tentunya hawa yang sejuk membuat kita betah memakai almameter sekolah, tidak ingin melepas karena kedinginan.Â
Disana kita belajar banyak hal, diantaranya yaitu tanaman-tanaman herbal beserta kegunaannya, belajar membuat jamu bersama, dan mencicipi jamu-jamu tradisional yang banyak sekali masih awam ditelinga saya.
Setelah itu, kita berjalan menuju tempat penginapan. Namun karena dengan tidak sengaja bus mkelewati berbagai toko oleh-oleh, tentunya kita berhenti sejenak untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dirumah.Â
Setelahnya, kita Kembali melanjutkan perjalanan menuju penginapan sekitar 20 menit. Dan saat sampai disana, kita memasuki kamar yang telah dibagi-bagi dan istirahat sembari bermain diteras penginapan.
Malamnya pukul 20.00 kami berbondong-bondong menuju maliobor yang dimana tempatnya tidak terlalu jauh dari penginapan. Masing-masing dari kami membentuk kelompok dan menaiki transportasi online untuk menuju ke Malioboro. Sampai disana suasana sangat ramai dimana banyak pedagang kaki lima, butik-butik, serta penjual oleh-oleh yang berjejeran.Â
Hal yang membuat saya shock ketida terdapat beberpa remaja laki-laki yang menaiki sepeda onthel yang cukup tinggi dari permukaan tanah. Mereka bergerombol dengan sepeda yang berwarna-warni dengan lampu tumblr mengelilingi Malioboro pada malam itu. Hingga tidak terasa, kami Kembali ke penginapan pada pukul 23.20 malam.
Esoknya setelah shalat subuh kita berkemas dan bergegas menuju objek wisata selanjutnya, yaitu Puncak Becici. Pada saat perjalanan, tangan dan kaki saya mengeluarkan keringan dingin dan sedikit gemetar dikarenakan jalannya yang curam menaiki bukit. Namun setelah sampai disana, terasa udara segar dengan banyak sekali pohon pinus yang tinggi menjulang.Â
Dari atas kita juga dapat melihat pemandangan kota Jogja disiang hari yang sangat indah ditambah gerimis kecil yang membuat kami berteduh dipedagang-pedagang sekitar dan menikmati semangkuk mie hangat.
Setelah dirasa sedikit sore, kami mengunjungi objek wisata terakhir yaitu Pantai Parangtritis. Memang sengaja berkunjung pada sore hari hanya untuk menikmati sunset sambal bermain air disana.Â
Banyak sekali isu-isu menyeramkan dibalik pantai tersebut, namun yang saya lihat hanyalah keindahannya. Saya benar-benar menikmati disana, yang tentunya masih dengan mematuhi peringatan-peringatan tertentu, seperti tidak terlalu jauh untuk bermain air dikarenakan ombak yang sangat besar.Â
Setelah melihat sunset dan membersihkan diri dengan pertama kalinya saya mencoba makanan khas Jogja, gudek.Â
Pada awalnya saya sangat exited untuk mencobanya, melihat teman-teman saya yang makan dengan nikmat membuat saya semakin tergiur. Namun sayangnya setelah beberapa suap memakannya, saya menyadari bahwa gudek bukan trmasuk selera saya. Makanan yang disajikan manis dikarenakan gula merahnya itu membuat saya tidak sanggup untuk meneruskannya, dan pada akhirnya teman saya berbaik hati menghabiskan gudeg milik saya.
Setelah itu, kami bergegas untuk pulang ke Surabaya. Banayak sekali kenangan yang tak terlupakan disana, mulai dari belajar membuat jamu hingga menikmati indahnya kota tersebut. Ingin sekali rasanya jika diberi kesempatan, saya akan berjalan-jalan lagi disana sembari mengelilingi kota Jogja lebih jauh. Memang betul kata beberapa orang bahwa, "Jogja bukan sekedar kota, dia adalah sebuah kedamaian, kenyamanan, dan cinta."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H