Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laki-laki Berpayung

13 Maret 2024   08:36 Diperbarui: 13 Maret 2024   23:41 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dengan segala cara akan berkelit untuk tidak membawa payung yang sudah disediakan oleh Ibu.

Aku lebih suka jalan tanpa berpayung. Payung hanya akan menghalangi pemandangan indah ketika sinar matahari melewati celah-celah daun. Lagi pula bukankah sinar matahari pagi baik untuk kesehatan tulang anak-anak yang sedang bertumbuh? Bukankah segarnya udara pagi bagus untuk paru-paru?

Tetapi memang begitulah seorang Ibu. Dia akan memastikan anaknya terlindungi dari segala marabahaya. Dan memastikan anaknya dapat tumbuh dan kembang dengan sehat.

Sejujurnya aku diam-diam suka menyesal telah membantah perintah Ibu. Mengabaikan kasih sayangnya.

Kalau sudah begini aku pengin cepat-cepat nyekar ke makam Ibu. Pemakaman yang asri karena banyak dinaungi oleh pohon-pohon Kamboja yang besar dengan bunga warna-warni. Ada bunga' Kamboja warna putih, merah, kuning dan warna persilangan yang indah dan wangi.

Melamunkan almarhumah Ibu aku jadi mengabaikan laki-laki berpayung di sebelahku. Dari tadi dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

Payung hitam besarnya menutupi setengah badan bagian atasnya. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia memakai celana putih dipadu dengan kain batik yang diwiru bagian depannya. Sepatu selop menutupi kakinya yang putih bersih. Seorang amtenar?

Pikiranku kembali melayang. Dari kecil aku akrab dengan lelaki berpakaian seperti itu. Ke mana saja berpayung. Bukan memegang gagang payung dengan tangannya sendiri. Akan tetapi dipayungi oleh seorang abdi yang selalu setia setiap saat. Tanpa diperintah.

Kebiasaannya setelah pulang dari kantor kabupaten adalah duduk leyeh-leyeh di kursi goyang sambil mengisap rokok klobot. Rokok yang dibungkus tidak dengan kertas tetapi kulit jagung kering. Aroma rokoknya yang khas adalah bau kembang cengkeh berpadu dengan kemenyan. Orang-orang yang tidak terbiasa dengan bau rokoknya akan merasakan pusing kepalanya. Jika sudah begitu aku memilih kabur dari rumah. Bermain bersama teman-teman.

Tetiba aku merasakan keanehan. Kenapa gedung-gedung berputar? Mengapa pohon-pohon menari?

"Romo?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun