Seakan tidak belajar dari pengalaman. Timnas sepakbola Indonesia begitu mudah terprovokasi pemain-pemain Thailand.
Jadi sudah sewajarnya kalau Egy Maulama Vikri dkk gagal melaju ke babak final sepakbola SEA Games 2022.
Bermain di stadion Thien Truong, Vietnam. Sejatinya tim Garuda Muda bisa mengimbangi permainan anak asuh Alexandre Polking.
Sampai waktu normal. Gawang Ernando Ari tidak bobol. Bahkan pada babak kedua. Serangan bertubi-tubi timnas Indonesia membuat kerepotan kiper Thailand.
Penampilan gemilang kiper Kawin Thamsatchanan. Berkali-kali dapat menyelamatkan gawangnya dari gempuran Witan Sulaeman cs.
Bisa dibilang kekalahan timnas Indonesia atas Thailand di babak semifinal sepakbola SEA Games ini lebih kepada persoalan non teknis.
Tiga Faktor Kekalahan
Pertama, kalah sebelum perang. Hal ini terjadi karena para pemain termakan oleh perang urat syaraf yang dilancarkan oleh Thailand (melalui media massa). Sejak menjelang pertandingan.
Akibatnya banyak pemain yang bermain di bawah performa terbaiknya.Â
Kedua, mudah terpeovokasi. Sudah tahu sejak lama bahwa lawan-lawan dari negara-negara Asean suka memprovokai. Sayangnya pemain-pemain kita mudah terpancing emosinya.
Jadi tidak aneh kalau permainana tidak sesuai dengan harapan. Karena mereka bermain di bawah kendali emosi. Sehingga lupa terhadap strategi yang sudah disiapkan.
Ketiga, melakukan sesuatu yang tidak perlu. Ricky Kambuaya dan Rahmat Irianto tidak seharusnya mendapatkan kartu kuning kedua . Jika dia mampu mengendalikan diri.
Demikian pula dengan Firza, tidak sehatusnya melakukan pelanggaran keras. Padahal situasinya tidak membahayakan sekali terhadap gawang timnas.
Sudah saatnya pelatih Shin Tae-yong membenahi hal-hal non teknis para pemain timnas Indonesia.
Jkt, 190522
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H