Saya sependapat dengan prof Felix. Bahwasanya semua lingkungan kerja itu toksik. Ada saja rekan kerja yang bikin gerah suasana kantor.
Semuanya terpulang kepada kita. Sanggupkah kita beradaptasi dengan lingkungan kerja? Dapatkah kita berdamai dengan suasana toksik?
Ketika bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang landscape. Saya merasakan betul betapa toksiknya situasi kantor. Apalagi di bagian marketing.Â
Bukan hanya kata-kata toksik yang bersliweran setiap saat. Tapi fenomena saling sikut begitu kentara. Berebut order.
Di lingkungan sekolah pun tetap ada. Masih ingat kan cerita saya. Begitu mulai ngajar langsung diberikan tugas mengampu pelajaran Hukum Perdata Dagang?
Beruntungnya saya selalu kalem menyikapinya. Santuy aja. Badai pasti berlalu. Tidak selamanya laut bergelombang.
Berikut 3 langkah yang saya lakukan untuk menyiasati lingkungan kerja yang toksik.
Pertama, ambil hikmahnya.
Seiap kejadian selalu ada hikmahnya. Begitu saya memegang prinsip. Ikuti hembusan anginnya. Yang terpenting kita harus punya pijakan yang kuat.