Leyeh-leyeh. Bersantai sambil nyeruput teh nasgithel. Gegara tidak boleh kemana-mana. Saya menikmati pagi yang mendung.
Tanpa sengaja saya menyadari sebuah fenomena sosial. Baru ngeh. Padahal kehadirannya sudah puluhan tahun.
Ceritanya kami mempunyai langganan tukang air gerobak. Kualitas air yang tidak baik. Kami membeli air dari tukang air gerobak keliling untuk keperluan masak-memasak.
Untuk praktisnya kami membeli secara berlangganan. Bayarnya setiap akhir bulan. Ada dua tukang air gerobak yang melayani secara shift. Saling bergantian tiap satu bulan.
Saking lamanya berlangganan kami sudah saling mengenal. Tanpa kami harus memintanya dia akan mengisi gentong air di dapur kami.
Kami berlangganan sejak sepikul air minum harganya 2.000,00 rupiah. Meningkat menjadi Rp.4.000, 00 sepikul. Sampai saat ini Rp.7.000, 00 per pikulnya.
Diary,
Sebenarnya di antara kami sudah terjalin saling percaya. Setiap akhir bulan dia datang menagih kami akan membayarnya. Tanpa banyak tanya.