Musik dangdut pernah mengalami masa kejayaan. Saking populernya di mana pun dan kapan pun kita selalu disuguhi musik yang idenik dengan goyang itu.
Sayang musik yang merakyat itu terpuruk akibat ulah sebagian penyanyi dangdut itu sendiri. Gegaranya ada penyusupan lirik dan goyang erotis. Sampai masyarakat merasakan antipati.Â
Saya termasuk yang antipati, tepatnya risih apabila melihat penampilan para pedangdut. Bayangkan ada goyang gergaji, ngebor, patah-patah sampai goyang itik. Aksi di atas panggung pun tak kalah heboh. Ada yang sambil kayang, guling-guling sampai ngangkang.
Kebangkitan Musik Dangdut
Era dangdut erotis kemudian surut. Maka lahirlah penyanyi musik dangdut gnerasi baru. Mereka lahir dari acara ajang pencarian bakat yang diadakan oleh sejumlah stasiun televisi swasta.Â
Hampir sepanjang malam masyarakat disuguhi penampilan calon-calon penyanyi dangdut yang penuh talenta. Mereka berkompetisi dengan modal rata-rata pengalaman manggung dari satu panggung ke panggung. Dari acara hajatan sampai helatan tujuhbelasan.
Maka lahirlah penyanyi berbakat Nassar KDI dan Selfi Nafilah dari generasi awal ajang pencarian bakat. Nama penyanyi yang belakangan berkibar antara lain Fildan DA dan Lesti DA. Terakhir ada Meli LIDA.Â
Uniknya disamping mendapatkan hadiah sejumlah uang. Para pemenang juga disematkan gelar di belakang namanya. Barangkali biar bisa dikenali dari ajang apa mereka memulai berkiprah di dunia dangdut.
Nah saya yang awalnya risih melihat penyanyi dangdut menjadi tertarik setelah adanya beberapa ajang pencarian bakat penyanyi dangdut tersebut. Sweet karma dangdut!
Sebenarnya bukan semata-mata suka dengan penampilan para peserta. Saya sesungguhnya mengagumi peejuangan para kontestan. Latar belakang kehidupan mereka beragam..Dari situ saya kagum dengan perjuangan pantang menyerah mereka.
Ada yang untuk menuju tempat audisi harus melakukan perjalanan berhari-hari. Ada yang harus pinjam kostum untuk tampil lebih menarik. Tidak sedikit pula yang mengikuti audisi sampai berkali-kali sampai akhirnya bisa lolos ke babak spektakuler. Tampil di panggung megah di studio di Jakarta.
Yang lebih menyentuh lagi latar belakanh ekonomi sosial para peserta. Ada orang tuanya yang petani, penjual buah-buahan, penjahit sampai tukang bakso. Maka sangat mengharukan setiap ditanya oleh dewan juri rata-rata tujuan ikut berkompetisi adalah mengangkat derajat orang tua.
Apabila sampai grand final tujuan mulia merka pasti dapat terlaksana. Juara pertama bisa mengantongi hadiah setengah milyar plus mobil. Kontrak eksklusif dengan label sponsor pun telah menanti. Panggung-panggung megah pun siap menampilkan aura kebintangannya.Â
Begitulah kenapa saya mengalami sweet karma dengan lagu dan penyanyi dangdut. Saya memetik hikmah perjuangan yak kenal menyerah para peserts. Bukan soal erotisme.
Jkt, 150221
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H