Sedari kecil saya sudah disuguhi cerita rakyat tentang Nyi Jirak. Â Cerita rakyat ini berkembang terus menerus secara turun temurun.
Desa kami dikelilingi hutan dan kali atau sungai. Dari kali yang mengalir di sebelah timur desa inilah cerita rakyat itu bermula.
Kono pinggiran kali tinggal seorang nenek yang bernama Nyi Jirak. Seorang janda dengan seorang anak gadisnya yang cantik. Singkat cerita si gadis dipersunting oleh seorang pemuda kaya dari kalangan orang terhormat.
Demi mengetahui putranya akan menikah dengan anak seorang janda miskin murkalah sang ayah. Secara sepihak mereka membatalkan rencana perkawinan.Â
Merasa tersinggung oleh perlakuan con besa maka si nenek tak kalah marahnya. Bahkan dia mengeluarkan sumpah manakala ada rombongan pengantin melewati jembatan yang melintang di atas kali maka akan mengalami kecelakaan.
Sampai sekarang di jaman yang sudah modern dan canggih ini orang-orang desa tidak berani melintasi kali jika akan melaksanakan pernikahan di seberang kali. Mereka lebih memilih jalan memutar.
Memetik Pelajaran dari Cerita Rakyat
Sebetulnya kebenaran dari setiap cerita rakyat tidak dapat dipertanggungkawabkan. Tapi tidak bisa dipungkiri masyarakat setempat pasti mempercayai dan mematuhi larangan yang lahir dari cerita rakyat tersebut.
Kita tentu bisa memerik hikmah atau pelajaran dari setiap cerita rakyat yang berkemban di masyarakat.
Pertama, kepatuhan kepada nasehat orang tua.
Harus dipahami bahwasanya cara berpikir orang tua tentu berbeda dengan pemikiran kita. Semangat yang bisa kita petik adalah nasehat orang tua.
Orang tua akan memberikan nasehat kepada anak-anaknya melalui media cerita atau dengan perumpamaan. Adanya ancamana dalam setiap cerita rakyat tujuannnya adalah agar si anak untuk mematuhi larangan.
Dari cerita rakyat tadi dapat disimpulkan kita sebaiknya tidak memandang rendah, apalagi sampai menghinakan, orang dari kalangan kelas bawah.
Kedua, tidak menaruh dendam.
Dendam yang terus dipelihara hanya akan memunculkan persoalan terus-menerus. Dalam cerita tadi akan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Dalam konteks kekinian menyimpan dendam hanya akan menimbulkan persoalan baru. Sering kita dengar gegara dendam.kepada majikan mantan karyawan tega membunuh mantan bosnya.
Ketiga, wawasan yang terbuka.
Sudah selayaknya generasi muda saat ini menafsirkan cerita rakyat secara kontekstual. Mengambil hikmahnya untuk bisa diterapkan dalam setiap perilaku dalam bermasyarakat.
Logika harus selalu dikedepankan. Jangan hanya berdasarkan perasaan. Apalagi lebih mengandalkan kepada emosi belaka.
Semoga!
Jkt, 100121
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI