Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Benarkah Orang Indonesia Masih Butuh Ketawa?

26 Desember 2020   20:20 Diperbarui: 26 Desember 2020   20:22 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah benar orang Indonesia butuh ketawa? 

Saya berpikir bukankah justru sudah terlalu banyak kelucuan di Indonesia? Tengoklah dari pagi sampai tengah malam kita disuguhi lawakan yang super lucu di televisi. Ya si barangkali kadarnya ketawa geli.

Bayangkan seorang komedian papan atas harus berdandan yang aneh-aneh untuk memancing tawa. Kata para pakar kalau melucu masih berkutat pada permainan fisik dan gender itu bukan lawakan. Bukankah itu layak untuk diketawakan?

Kompasianers pasti masih ingat awal-awal merebaknya pandemi covid-19 ada seorang terpandang yang dengan gagah berani ingin menelan mentah-mentah virus corona. Kemudian ada fenomena menarik tentang jenazah covid-19. Satu sisi ada yang menolak wilayahnya menjadi lokasi pemakanan tapi pada masyarakat yang lain pada berebut paksa ingin membawa pulang jenazah covid-19. Saya melihatnya saja sudah bisa ketawa.

Ketika seorang pejabat publik dilantik dan berjanji akan memegang amanah rakyat dengan sebaik-baiknya dan bertekad memimpin di garda paling depan dalam pemberantasan korupsi tentu kita apresiasi. Tapi ketika di tengah perjalanan yang bersangkutan justru terjerat praktek korupsi. Bukankah itu sebuah kelucuan yang membuat kita tertawa? Lagi pula peristiwanya berkali-kali. Jadi kita bisa tertawa terus-menerus kan?

Puncak kelucuan di panggung masyarakat saya pikir ketika Najwa Shihab di acara yang dibawakannya Mata Najwa mewawancarai kursi kosong. Kelakuan Najwa Shihab ini entah karena jengkel atau frustasi tidak bisa menghadirkan nara sumber. Sampai sekarang kalau mengingatnya saya masih ketawa. Getir!

Mentertawakan Diri Sendiri

detik.com
detik.com

Kalau menyangkut diri sendiri barangkali ya yang dekat dengan keseharian saya. Dunia mengajar. Apalagi kalau bukan tentang pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh. Pasalnya banyak orang yang gagap teknologi, termasuk saya sendiri. 

Syahdan ada seorang guru yang marah-marah di depan laptopnya. Guru tersebut mengira anak didiknya tidak mempedulikannya. Kenapa? Sudah berkali-kali menyapa dengan salam tapi tidak seorang murid pun yang menjawab. Sementara di seberang murid-muridnya tampak tersenyum-senyum (tidak berani ketarawa). Selidik punya selidik sang guru mematikan audio (mute)semua  participant. Terang saja gurunya tidak mendengar sepatah katapun dari para murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun