Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyuman Ibu Paling Tulus, Pelukan Ibu Paling Hangat

22 Desember 2020   15:44 Diperbarui: 22 Desember 2020   17:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DokPri
DokPri

Seperti sudah pernah saya tulis di Kompasiana, pelukan ibu lima puluh tahun lalu itu masih terasa hangatnya sampai saat ini. Kala itu saya yang masih balita, tapi sudah bisa merasakan kasih sayang simbok, sedang meriang. Ibarat seekor induk ayam, dengan sayap-sayapnya beliau menggendong dengan penuh kasih sayang. Nyaman sekali rasanya.

Itulah kenapa sampai saat ini jika pulang kampung saya selalu menyempatkan barang semalam minta dikelonin simbok. Sengaja saya memisahkan diri dari anak dan istri. Masuk kamar simbok. Berbincang sampai kantuk datang. Selanjutnya momen ritual itu yang membuat saya kembali seperti bayi. Lepas sudah semua beban hidup.

Barangkali semua Kompasianer setuju kalau dikatakan pelukan yang paling hangat adalah pelukan seorang ibu. Hangatnya mampu menggetarkan jiwa kita. Menembus pori-pori menyuntikkan berjuta harapan. 

Makanya kita suka geram manakala mendapati ada seorang anak yang tega menyakiti hati orang tuaya. Menyia-nyiakan ibunya. Bahkan ada yang tega sampai membunuhnya hanya gara-gara tidak dituruti permintaannya. Hati ini terasa tersayat. Miris.

Orang Jawa bilang orang tua terutama ibu, adalah pepunden. Jadi sudah selayaknya sebagai anak untuk memundi, menjunjung tinggi nama orang tua. Hal ini sejalan denga falsafah mikul dhuwur mendem jero, menjunjung tinggi nama orang tua dan mengubur kejelekannya. Tidak harus dengan memberikan kelimpahan harta. Dapat membuat beliau tersenyum setiap saat sudah cukup. 

Simbok, selamat Hari Ibu.

Jkt, 221220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun