Minggu pagi jalan-jalan di seputaran kampung tujuannya buat mencari keringat. Eh malah ketemu tukang uli bakar. Jadi lupa membakar lemaknya.
Makanan tradisional dari bahan ketan yang dibakar di atas tungku arang itu lebih menggoda. Menggoyangkan badan belum seberapa sudah keasyikan menggoyang lidah. Aroma ketan dan santan kelapa yang terbakar begitu menarik untuk mencicipi.
Harganya pun murah. Sepotong dihargai 2.500 rupiah. Dua atau tiga potong uli bakar sudah membuat perut terasa kenyang.
Adalah bang Amat yang masih menjajakan uli bakar dengan dipikul. Sehari-hari keliling menjajakan dagangannya. Musim hujan begini katanya malah bikin laris manis jualannya.
Pasalnya uli bakar yang masih hangat itu pas untuk menemani ngopi atau ngeteh saat udara dingin. Yang jelas strategi nyamperin pelanggan dengan berkeliling sangat membantu orang-orang yang malas keluar rumah.
Uli atau jadah orang Jawa bilang terbuat dari ketan dan santan kelapa yang ditumpuk sampai halus. Muncul ide membuat uli bakar konon karena uli yang mengandung santan bisa basi. Sehingga untuk menjaga keawetannya maka dibakar.
Membakar uli juga tidak memerlukan waktu yang lama. Lima sampai 10 menit sudah matang. Kalau kelamaan justru gosong. Untuk menjaga tekstur harus sering dibolak-balik.
Ingin mencoba?
Jkt, 131220
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H