Aku terpesona. Penampilannya parlente. Gagah berwibawa.
Namanya juga orang kaya pakaian yang membungkus tubuhnya saja berkilau-kilau. Apalagi jam tangannya. Bunyinya lembut menenangkan hati. Pasti sangat mahal. Tidak semua orang bisa membelinya.
Tapi aku lebih tertarik sepatu yang dipakainya. Modelnya keren. Mengkilat sekali. Pas banget dengan pemiliknya. Moncer!
Entah kenapa aku merasakan ada yang aneh dengan sepatu itu. Sebagai orang yang selalu dekat dengan pemiliknya, aku tahu setiap perubahan dengan sepatu tersebut.
                   **
Kami semua terkejut. Laki-laki pemilik sepatu itu terjaring operasi KPK. Katanya tersangkut korupsi.Â
Katanya bersama teman-temannya mereka menjarah uang rakyat. Aku sendiri bingung bagaimana bisa mereka mengambil uangnya? Apakah aku termasuk jaringan koruptor? Setiap hari aku menerima uang pemberiannya setelah aku selesai menyemir sepatunya.
Orangnya lembut. Baik hati lagi. Aku selalu diberi uang lebih dari tarif yang seharusnya. Kalau ada yang aneh hanyalah wanita yang selalu menemaninya. Hampir setiap hari berganti orang. Yang jelas mereka masih muda dan cantik.
Dia akan tersenyum manakala mengetahui aku mencuri-curi pandang wanita-wanita cantik yang menemaninya. Akupun tersipu malu tapi tetap saja begitu setiap dia datang dengan wanita yang baru.
"Enak sekali jadi orang kaya. Setiap saat dikelilingi wanita-wanita cantik mempesona" batinku.
Sejak ditangkap oleh aparat pemberantadan korupsi aku tidak lagi mendapatkan tambahan uang lebih. Pun tidak bisa mengintip wanita-wanita yang sangat menggoda.
                  **
Udara panas membuatku mengantuk. Akupun terkulai lelap dalam tidur.
"Hei bangun. Bikin mengkilap!", perintahnya.
"Siap bos" kataku tergagap. Terbayang aku akan mendapatkan tip yang besar. Seperti biasa aku menyemir sepatu sambil sesekali melirik wanita cantik yang mengiringinya. Dia mengerlingkan matanya.Â
Aku kaget. Sepatu yang kupegang makin lama makin bertambah tinggi solnya. Sampai beberapa centi. Terus bertambah. Tambah tinggi.
"Bos kenapa sepatunya tambah tinggi?" tanyaku yang dijawab dengan senyuman. Dia tertawa.
Ketika dia melihat aku semakin terheran-heran, dengan pelan dia menjelaskan.Â
"Sol sepatuku terus bertambah tinggi karena setiap hari kugunakan untuk menginjak-injak rakyat biasa!"Â
Berkata begitu dia sambil memeluk mesra wanita di sampingnya. Ditatapnya mata yang menggoda itu. Cup. Sebuah kecupan mendarat di keningnya. Sesaat kemudian wanita itu mengedipkan matanya ke arahku.
Kaget membuyarkan mimpiku.
Jkt, 081220
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H